Peneliti Inggris Sembuhkan Pria yang Derita COVID-19 Selama 2 Tahun

Ilustrasi Pasien covid-19
Sumber :
  • Times of India

VIVA Dunia - Peneliti Inggris mengumumkan pada hari Jumat, 4 November 2022, bahwa mereka telah menyembuhkan seorang pria yang terus-menerus terinfeksi COVID-19 selama 411 hari. Penyembuhan itu dengan menganalisis kode genetik virus khususnya untuk menemukan pengobatan yang tepat.

5 Negara Pemegang Hak Veto di PBB, Keputusan Internasional Ada di Tangan Mereka

Berbeda dengan Varian Lama

Infeksi COVID-19 yang persisten, yang berbeda dengan varian corona yang lama atau serangan penyakit yang berulang, terjadi pada sejumlah kecil pasien dengan sistem kekebalan yang sudah lemah.

Prof Raymond Tjandrawinata Raih Top 3 Peneliti Bidang Farmasi di Indonesia

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Freepik

"Pasien-pasien ini dapat dites positif selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dengan terpapar infeksi sepanjang waktu," kata Luke Snell, seorang dokter yang berspesialisasi dalam penyakit menular di Guy's and St Thomas' NHS Foundation Trust.

Piramida Sepakbola Inggris dalam Bahaya

Timbulkan Ancaman Serius

Infeksi dapat menimbulkan ancaman serius karena sekitar setengah dari pasien juga memiliki gejala persisten seperti peradangan paru-paru. Dia juga menambahkan bahwa masih banyak yang belum diketahui tentang kondisi tersebut.

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases, tim peneliti di Guy's & St Thomas' NHS Foundation Trust dan King's College London menggambarkan bagaimana seorang pria berusia 59 tahun akhirnya mengatasi infeksinya setelah lebih dari 13 bulan.

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Freepik

Tertular pada Desember 2020

Melansir dari The Sundaily, Jumat, 4 November 2022, pria yang memiliki daya tahan tubuh yang melemah akibat transplantasi ginjal itu, tertular COVID-19 pada Desember 2020 dan terus dinyatakan positif hingga Januari tahun ini.

Untuk mengetahui apakah ia telah tertular virus corona berkali-kali atau hanya satu infeksi persisten, para peneliti menggunakan analisis genetik cepat dengan teknologi sekuensing nanopore.

Tes yang dapat memberikan hasil hanya dalam 24 jam, menunjukkan pria itu terpapar varian B.1 awal yang dominan pada akhir 2020, tetapi sejak itu digantikan oleh strain yang lebih baru.

Karena dia memiliki varian awal ini, para peneliti memberinya kombinasi antibodi monoklonal casirivimab dan imdevimab dari Regeneron.

Seperti kebanyakan perawatan antibodi lainnya, perawatan ini tidak lagi digunakan secara luas karena tidak efektif terhadap varian yang lebih baru seperti Omicron.

Tapi itu berhasil menyembuhkan pria itu karena dia berjuang melawan varian dari fase pandemi sebelumnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya