Protes Anti-lockdown Meluas di China Dengan Tuntutan Presiden Xi Jinping Mundur

Sejumlah petugas medis dikerahkan di kompleks permukiman di Distrik Chaoyang, Beijing, China, yang sedang di-lockdown, Senin 21 November 2022.
Sumber :
  • ANTARA/M. Irfan Ilmie.

VIVA Dunia – Protes terhadap kebijakan ketat "nol-COVID" China yang melibatkan penguncian (lockdown) semakin menyebar selama akhir pekan di tengah lonjakan infeksi virus corona. Para demonstran di Shanghai menyerukan permintaan, yang jarang terjadi sebelumnya, agar Presiden Xi Jinping mundur, menurut saksi dan video yang dibagikan di media sosial.

Mobil Listrik Toyota bZ3C dan bZ3X Resmi Meluncur, Begini Tampilannya

Di Shanghai, ratusan orang berkumpul pada Minggu malam untuk unjuk rasa yang diadakan selama dua hari berturut-turut, dengan para peserta melampiaskan kemarahan mereka terhadap pihak berwenang. Mereka meneriakkan slogan-slogan seperti "Turunkan Xi Jinping" dan "Turunkan kaisar" yang mengacu pada pemimpin negara tersebut.

Banyak petugas polisi yang dikerahkan di lokasi untuk mengepung para pengunjuk rasa, dan beberapa dari mereka ditahan. Di China, gerakan protes besar jarang terjadi karena mengkritik pemerintah secara terbuka dianggap ilegal.

Joe Biden Sahkan Undang-undang yang Membuat Tiktok Terancam Diblokir

Unjuk rasa di pabrik iPhone terbesar di dunia, di kota Zhengzhou, China.

Photo :
  • AP Photo.

Kota Shanghai, yang merupakan pusat keuangan dan komersial negara itu, telah menjalani penguncian selama dua bulan pada awal tahun ini. Banyak aksi unjuk rasa di seluruh China dipicu oleh kebakaran mematikan yang terjadi di Urumqi, ibu kota Xinjiang.

Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II

Sejumlah demonstrasi berikutnya di kota itu berlangsung dengan spekulasi yang berkembang bahwa upaya evakuasi, dan penyelamatan dalam peristiwa kebakaran itu mungkin terhambat akibat langkah penguncian. Mahasiswa Universitas Tsinghua, sebuah sekolah tinggi elit di Beijing yang adalah almamater Xi, mengadakan demonstrasi pada Minggu untuk menyerukan kebebasan.

Nyala lilin juga diadakan di sebuah universitas Nanjing pada Sabtu untuk meratapi 10 korban kebakaran yang terjadi di sebuah gedung apartemen bertingkat tinggi di Urumqi.

Aksi protest menyebar di sejumlah kota di China

Menurut video yang beredar, aksi protes juga dilakukan di pusat kota Wuhan -- tempat wabah COVID-19 pertama kali terdeteksi pada akhir 2019, kota Shenzhen -- pusat kegiatan teknologi di China selatan, kota Lanzhou di barat laut, dan Jilin di timur laut.

VIVA Militer: Presiden China, Xi Jinping

Photo :
  • Toronto Star

Di Shanghai, lebih dari 100 orang turun ke sebuah jalan lokal bernama Urumqi pada Sabtu malam. Mereka menawarkan lilin dan bunga untuk memberi penghormatan kepada para korban kebakaran.

Orang-orang juga menyerukan keluhan mereka tentang langkah-langkah pencegahan COVID yang radikal, menolak kediktatoran dan mendorong upaya demokrasi. Namun, polisi kemudian turun tangan dan menahan beberapa demonstran, menurut sejumlah saksi dan video.

Hingga Sabtu (26/11), China telah mencatat kasus virus corona harian lebih dari 38.000 di daratan, menurut Komisi Kesehatan Nasional negara itu. Angka kasus tersebut mencapai tingkat tertinggi untuk hari keempat berturut-turut dibandingkan dengan saat pemerintah mulai merilis data pada musim semi 2020.

Di China, orang-orang di daerah yang menjalani lockdown dilarang meninggalkan rumah mereka, dan seringkali kesulitan mendapatkan makanan yang cukup dan kebutuhan sehari-hari. Menghadapi kemarahan publik yang semakin meningkat, pemerintah China baru-baru ini mengatakan akan menahan diri untuk tidak menerapkan penguncian di seluruh kota, dan sebagai gantinya mengisolasi bangunan tempat kasus COVID dilaporkan.

Kepemimpinan Xi Jinping diyakini khawatir dengan penyebaran aksi protes terhadap kebijakan nol-COVID, dan meningkatnya kritik terhadap pemerintah. Xi memulai masa jabatan lima tahun sebagai presiden untuk ketiga kalinya, di mana hal itu melanggar norma. Xi kembali menjabat sebagai ketua Partai Komunis yang berkuasa pada Oktober.

Daerah otonom Xinjiang pada Sabtu memutuskan untuk menindak aksi kekerasan yang bertujuan menghalangi penerapan langkah-langkah anti-virus. Seorang jurnalis China mengatakan pihak berwenang mungkin mengklaim bahwa "pasukan asing" berada di belakang aksi protes dan secara ketat mengontrol aksi unjuk rasa. (Ant/Antara)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya