VIVAnews - Seorang pejabat Israel mengatakan, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-moon, melalui sebuah komisi internasional akan menyelidiki serangan Israel terhadap kapal bantuan kemanusiaan di Perairan Gaza.
Ban Ki-moon meminta mantan Perdana Menteri Selandia Baru, Geoffrey Palmer, yang juga ahli hukum maritim untuk mengepalai penyelidikan yang di antaranya mencakup Israel dan Turki itu.
Namun, menurut pejabat Departemen Luar Negeri Israel, Sekjen PBB itu belum menjelaskan detail rincian proposal penyelidikan itu.
Dorongan untuk penyelidikan internasional itu makin menempatkan Israel dalam tekanan, terutama guna menjelaskan aksinya menghentikan kapal bantuan kemanusiaan yang dinilai melanggar blokade Gaza.
Gelombang kemarahan atas serangan di Perairan Gaza itu memicu respons dari banyak negara, termasuk Amerika Serikat.
Pada Sabtu 5 Juni 2010, Israel juga mengambil alih kapal bantuan kemanusiaan lain tanpa insiden. Juru bicara Departemen Dalam Negeri Israel, Sabine Haddad, mengatakan sebanyak 19 aktivis dan kru itu harus dideportasi Minggu ini.
Sementara itu, para pejabat PBB di Israel juga belum memperoleh informasi tentang penyelidikan yang akan dilakukan Ban Ki-moon tersebut. Mereka hanya mengindikasikan bahwa Sekretaris Jenderal PBB akan berupaya untuk mengejar investigasi pada Rabu.
Kepala Badan Kemanusiaan PBB, John Holmes, dalam kunjungan ke Australia, mengatakan,"PBB sedang mencari tahu melalui sebuah penyidikan independen terhadap peristiwa itu (penyerangan Israel)."
Sebelumnya, Israel menolak penyelidikan eksternal dalam peristiwa serangan itu. Mereka menilai mampu untuk menyelidiki sendiri kejadian itu. Israel juga menolak tentaranya sebagai subjek untuk penyelidikan internasional itu.
Meski demikian, keterlibatan internasional dalam penyelidikan itu, dinilai dapat meredakan ketegangan diplomatik dengan Turki.
Seperti diketahui, delapan warga negara Turki dan seorang Amerika keturunan Turki tewas dalam serangan 31 Mei 2010.
Laporan otopsi pendahuluan yang dirilis Turki pada Sabtu 5 Juni 2010 mengatakan mereka ditembak sebanyak 30 kali. Namun, Israel mengatakan pasukannya bertindak untuk membela diri. Kapal Turki merupakan bagian dari enam armada kapal bantuan internasional. (Associated Press) (hs)