AS dan Eropa Terapkan Persyaratan Ketat COVID-19 untuk Warga China, Beijing Ancam Balasan

Orang-orang memakai masker di Beijing, China.
Sumber :
  • AP Photo/Andy Wong.

VIVA Dunia – China mengkritik sejumlah negara yang menerapkan tindakan ketat terkait persyaratan pengujian COVID-19 terhadap wisatawan China. Pemerintah Beijing mengancam tindakan balasan terhadap negara-negara yang terlibat, termasuk Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa.

Besok Ada Peluncuran Mobil SUV Keren, Simak Bocoran Spesifikasinya

“Kami percaya bahwa pembatasan masuk yang diadopsi oleh beberapa negara yang menargetkan China tidak memiliki dasar ilmiah, dan beberapa praktik berlebihan bahkan lebih tidak dapat diterima,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Chinw Mao Ning, pada Selasa, 3 Januari 2023.

"Kami dengan tegas menentang upaya memanipulasi tindakan COVID untuk tujuan politik, dan akan mengambil tindakan pencegahan berdasarkan prinsip timbal balik,” katanya.

Jenderal Ali: Era Amerika dan Israel Sudah Habis!

Orang-orang memakai masker di Beijing, China.

Photo :
  • AP Photo/Andy Wong.

Meski demikian, Mao tidak merinci langkah apa yang mungkin diambil China.

Mobil Listrik Kuasai Setengah Penjualan Kendaraan

Melansir dari AP, Rabu, 4 Januari 2023, kritikan itu dinilai yang paling tajam dari China sampai saat ini tentang masalah tersebut. 

Australia dan Kanada minggu ini bergabung dengan sederetan negara yang mewajibkan pelancong dari China untuk melakukan tes COVID-19 sebelum menaiki penerbangan mereka. Hal itu sejalan dengan Beijing yang masih memerangi wabah virus corona secara nasional setelah melonggarkan pembatasan yang diberlakukan untuk sebagian besar pandemi.

Negara-negara lain termasuk AS, India, Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara Eropa telah mengumumkan tindakan COVID-19 yang lebih ketat terhadap pelancong dari China, di tengah kekhawatiran atas kurangnya data tentang infeksi di China, dan kekhawatiran akan munculnya varian baru.

China memiliki beberapa persyaratan masuk terberat bagi orang yang datang dari luar negeri. China akan membatalkan karantina lima hari wajib untuk semua kedatangan, namun tetap membutuhkan tes COVID-19 negatif dalam waktu 48 jam setelah penerbangan.

AS sebut tidak ada alasan

Para pedagang di pasar barang antik Panjiayuan, Beijing, China, Minggu (12/6/2022), mulai beraktivitas kembali setelah ditutup total akibat ditemukan klaster baru COVID-19 pada 22 April 2022.

Photo :
  • ANTARA/M. Irfan Ilmie.

Sekretaris pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, mengatakan tidak ada alasan untuk tindakan pembalasan dari Beijing bagi negara-negara yang mengambil langkah-langkah kesehatan yang bijaksana untuk melindungi warganya dengan pembatasan terkait COVID-19 pada pelancong yang datang dari China. Dia menambahkan bahwa pembatasan itu berdasarkan kesehatan masyarakat dan sains.

“Ini adalah sesuatu yang kita semua, (dan) negara lain lakukan untuk memastikan bahwa kita melindungi warga negara kita di sini,” kata Jean-Pierre.

Perdana Menteri Prancis, Elisabeth Borne, juga membela tindakan AS tersebut. Mulai hari ini, siapa pun yang terbang dari China ke Prancis harus menunjukkan tes virus negatif yang diambil dalam 48 jam sebelumnya dan akan menjalani tes acak pada saat kedatangan.

"Kami dalam peran kami, pemerintah saya dalam perannya, melindungi Prancis," kata Borne pada hari Selasa.

Sementara itu, Inggris juga akan mewajibkan penumpang dari China melakukan tes COVID sebelum naik pesawat mulai Kamis, 5 Januari 2023. Sekretaris Transportasi Mark Harper mengatakan persyaratannya adalah untuk mengumpulkan informasi karena Beijing tidak membagikan data virus corona.

"Pejabat kesehatan akan menguji sampel penumpang ketika mereka tiba di Inggris, tetapi karantina tidak diperlukan bagi mereka yang dites positif," katanya.

"Kebijakan ini datang karena China tidak membagikan informasi kepada komunitas internasional mengenai berapa banyak yang terpapar virus corona,” kata Harper.

Selain itu Badan Kesehatan Masyarakat Swedia mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka telah mendesak pemerintah untuk meminta pelancong dari China untuk menunjukkan tes COVID-19 negatif baru-baru ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya