Gonjang Ganjing Keterlibatan China pada Junta Militer Myanmar

Jenderal Senior Min Aung Hlaing memimpin Peringatan Hari Kemerdekaan Myanmar ke-75.
Sumber :
  • AP Photo/Aung Shine Oo.

VIVA Dunia – Terlepas dari perlawanan sipil yang kuat, dan suasana yang semakin memanas di Myanmar karena pengambilalihan kekuasaan oleh militer, China justru telah memberikan dukungan diplomatik kepada para pemimpin militer Myanmar. Dukungan diplomatik tersebut dilaporkan oleh Europe Asia Foundation.

Mobil Listrik Baru BYD Bakal Rilis, Pakai Nama Singa Laut

Sebagai informasi, kudeta oleh junta Myanmar sudah terjadi dua tahun yang lalu. Pada periode waktu tersebut Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint dan pemimpin sipil senior lainnya ditangkap.

Sikap militer ini juga mendapat dukungan dari China. Menurut organisasi nirlaba antarpemerintah, Myanmar mengalami gelombang protes dan semua lapisan masyarakat Myanmar berpartisipasi di dalamnya.

Citra Satelit Tunjukkan Ribuan Tenda Dekat Khan Younis, Israel Bersiap Serang Rafah

Bendera China.

Photo :

Demonstrasi telah berubah menjadi perjuangan bersenjata melawan militer dalam dua tahun terakhir. Dan dalam situasi seperti itu, dukungan China memberikan napas kelegaan bagi junta Myanmar.

Demi Warga, Perwira Pasukan Naga Hitam TNI Berjibaku Lawan Ular Raksasa di Semak Perbatasan Negara

Setelah kudeta terjadi, media resmi China membeberkan perkembangan politik di Myanmar, yang dinilai hanya untuk perombakan kabinet. Para menteri serikat pekerja baru diangkat untuk 11 kementerian, dan 24 wakil menteri dicopot.

"Hal ini menimbulkan pertanyaan terkait kepentingan China dalam perkembangan politik Myanmar," kata laporan itu, dikutip dari NDTV, Rabu, 1 Februari 2023.

Beijing memberikan dukungan diplomatik kepada militer Myanmar. Misalnya, pada April 2021, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi, dalam interaksinya dengan rekan-rekannya di Thailand dan Brunei, mendesak anggota ASEAN untuk campur tangan atas situasi di Myanmar, sesuai laporan tersebut di Yayasan Eropa Asia.

Selain itu, komunitas internasional lainnya ragu untuk berinteraksi dengan militer yang dikenal sebagai kepemimpinan Tatmadaw, pada tahun 2021, saat menteri luar negeri Myanmar melakukan perjalanan ke China untuk berinteraksi dengan mitranya.

Selanjutnya, pada Juli 2022, Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menghadiri pertemuan Lancang-Mekong Cooperation (LMC) di Myanmar. Bahkan secara militer, China telah memperluas dukungannya ke Myanmar. Pada Desember 2021, China memberi Myanmar kapal selam diesel-listrik kelas Ming.

Saat ini, tidak ada kejelasan apakah angkatan laut Myanmar telah menyetujui persyaratan yang mengizinkan kehadiran teknisi China dalam kapal tersebut.

Bahkan Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang situasi Hak Asasi Manusia di Myanmar, dalam laporannya, mencatat bahwa China, bersama dengan Rusia telah mentransfer sistem senjata ke Myanmar dengan kesadaran penuh bahwa militer Myanmar akan menggunakan senjata itu untuk menyerang warga sipil.

"Maklum, dukungan diplomatik dan militer Tiongkok yang berkelanjutan kepada Tatmadaw memperburuk sentimen anti-Tiongkok di Myanmar," kata laporan Europe Asia Foundation.

Aksi protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, Selasa, 2 Maret 2021.

Photo :
  • ANTARA

Terlepas dari meningkatnya sentimen anti-China di Myanmar, kecil kemungkinan Beijing akan mengurangi atau mengubah lintasan keterlibatannya karena Myanmar adalah jalur darat yang penting untuk mengakses dan meningkatkan kehadiran China di kawasan Samudra Hindia.

Selanjutnya, ketergantungan Tatmadaw pada dukungan diplomatik dan militer China sangat memperluas pengaruh Beijing di benua Asia Tenggara.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya