Peneliti Centris Minta Pemerintah RI Waspadai Aksi Spionase China

ilustrasi Perusahaan teknologi China ZTE.
Sumber :
  • South China Morning Post

VIVA Dunia - Pemerintah RI diminta lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap barang-barang buatan China yang membanjiri pasar dalam negeri. China diduga punya kemampuan melakukan aksi spionase ilegal melalui microchip yang ditanam pada barang-barang produk buatan negara Tirai Bambun tersebut.

Besok Ada Peluncuran Mobil SUV Keren, Simak Bocoran Spesifikasinya

Demikian jadi sorotan Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (Centris). Peneliti senior Centris AB Solissa mengimbau agar RI dan negara lainnya di dunia bisa meningkatkam kemampuan teknologi dan produksi agar tak tergantung produk buatan China.

Solissa menyinggung hal itu merujuk laporan Asia Lite Internasional karena dikhawatirkan aksi spionase China akan mengancam kedaulatan negara.

Mobil Listrik Kuasai Setengah Penjualan Kendaraan

“Pertama, aksi spionase ilegal China seperti yang tertera dalam laporan Asia Lite Internasional, jelas mengancam kedaulatan suatu negara,” kata AB Solissa, dalam keterangannya, Kamis, 2 Februari 2023.

Dia menilai mestinya pemimpin dunia termasuk pemerintah Indonesia, seyogianya bisa lakukan protes kepada Beijing. Selain itu, bisa membawa persoalan kegiatan mata-mata ilegal China ke pengadilan internasional.

Apple Hapus Aplikasi WhatsApp dari App Store

Solissa menyebut sedikitnya ada tiga perusahaan perangkat China yakni Quectel, Fibocom dan China Mobile, yang tercatat menguasai 54 persen pasar global dengan konektivitas hingga 75 persen. 

Menurut dia, perusahaan elektrik dan elektronik seperti Dell, Lenovo, HP, dan Intel, diduga jadi langganan tetap dari tiga perusahaan perangkat China tersebut.

Namun, sama dengan perusahaan China yang lain, tiga perusahaan itu juga mau tidak mau menyetor data yang dikumpulkan kepada pemerintah Beijing. 

“Ini artinya Beijing memiliki dan dapat mengakses serta ter-akses ke seluruh perangkat elektrik dan ekektronik ‘made in China’ yang juga digunakan oleh beberapa objek vital suatu negara seperti pusat pemerintahan hingga militer,” jelas AB Solissa.

Manuver China dalam melakukan spionase ilegal juga jadi sorotan Diplomat Inggris yang pernah bertugas di China, dan Hong Kong Charles Parton. Dia bilang para menteri di negaranya dinilai gagal ambil tindakan dalam menangani IoT seluler Beijing yang diduga ditanam dalam barang impor mereka. 

Charles menyebut dari laporan yang dikirim ke pemerintah Inggris diduga teknologi ‘Trojan horse’ kerap menimbulkan ancaman luas terhadap keamanan nasional negara tersebut.

Ilustrasi produk China

Photo :
  • mgid.com

Dia meminta para menteri bisa mengambil tindakan segera melarang IoT seluler buatan China dari barang yang dijual di Inggris sebelum terlambat. Pun, dia menambahkan China telah melihat peluang bisa mendominasi pasar tersebut yang memunculkan kekhawatiran.

"Dan, jika itu terjadi, dapat mengumpulkan banyak data, juga dapat membuat negara asing bergantung pada mereka. Ketergantungan berbahaya ketika berada di tangan Partai Komunis China,” ujar Charles.

Charles khawatir bila Beijing terus dibiarkan memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dan harga yang murah, akan perparah ketergantungan negara-negara barat dan dunia terhadap produk China.

Laporan Asian Lite International bahwa China disinyalir memiliki kemampuan melakukan kegiatan spionase ilegal di seluruh dunia. Cara itu melalui microchip yang ditanam pada barang-barang elektrik dan elektronik buatan mereka yang di ekspor keluar negeri.

Asian Lite International dalam riset dan investigasinya beberapa waktu lalu, menyebutkan China menanam microchip di produk elektronik buatannya. Produk itu seperti komputer laptop, speaker pintar yang dikontrol suara, jam tangan pintar, hingga lemari es.

Laporan Asian Lite Internasional juga menyampaikan barang-barang elektrik hingga elektronik yang diekspor Beijing, banyak beredar di seluruh dunia. Kondisi itu dikhawatirkan jadi ancaman nyata bagi keamanan negara, ekonomi, privasi dan HAM negara-negara yang mengimpor barang buatan China.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya