Pemimpin Suku Aborigin yang Paling Berpengaruh dan Dihormati Meninggal Dunia

Kepala Suku Aborigin Yunupingu meninggal dunia
Sumber :
  • Yothu Yindi Foundation

VIVA Dunia – Salah satu pemimpin suku Aborigin paling berpengaruh di Australia, Yunupingu, meninggal dunia di Northern Territory, pada usia 74 tahun. Yunupingu adalah perintis dalam memperjuangkan hak tanah dan pengakuan konstitusional masyarakat adat di Australia. 

Turis Australia Ngeluh Terjangkit DBD di Bali, Menkes Bilang Harusnya Bersyukur

Dia meninggal setelah sakit. Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese memimpin penghormatan kepada pemimpin klan Gumatj, dan mengatakan bahwa Yunupingu adalah pemimpin dan negarawan yang hebat. 

"Yunupingu berjalan di dua dunia dalam otoritas, kekuasaan dan keanggunan, dan dia bekerja untuk membuat mereka utuh bersama-sama," tulis Albanese di Twitter, dikutip dari BBC Internasional, Senin, 3 April 2023. 

Media Asing Sebut Penampilan Timnas Vietnam Jauh di Bawah Indonesia: Sangat Kontras

Kepala Suku Aborigin Yunupingu meninggal dunia

Photo :
  • Yothu Yindi Foundation

"Dia sekarang berjalan di tempat lain, tapi dia telah meninggalkan jejak yang luar biasa untuk kita ikuti di tempat ini." 

Timur Tengah Memanas, Australia Peringatkan Warganya Segera Tinggalkan Israel

Yunupingu menjadi terkenal dalam gerakan hak atas tanah pada tahun 1960-an, dan merupakan bagian dari kasus hukum Australia pertama yang menguji hak kepemilikan asli orang Bangsa Pertama. 

Selama lima puluh tahun berikutnya, Yunupingu juga bertugas sebagai penasihat pemerintah. Dia sekaligus dikenal sebagai penyanyi, artis, dan promotor budaya Pribumi. 

Dia membantu mendirikan Northern Land Council, yang mewakili pemilik tradisional di Top End Northern Territory, dan juga membantu mendirikan Yothu Yindi Foundation, yang merupakan salah satu badan advokasi puncak untuk Aborigin Australia

Ia dinobatkan sebagai Australian of the Year pada tahun 1978 dan menerima medali Order of Australia atas jasanya kepada komunitas Aborigin pada tahun 1985. 

Dalam beberapa tahun terakhir, dia mengadvokasi pengakuan konstitusional terhadap masyarakat adat melalui Suara Parlemen, di mana referendum nasional akan berlangsung akhir tahun ini. 

Putrinya, Binmila Yunupingu, mengatakan kematian ayahnya merupakan kehilangan yang sangat besar. 

"Yunupingu menjalani seluruh hidupnya di tanahnya, dikelilingi oleh suara bilma (stik kayu), yidaki (didgeridoo) dan manikay (lagu suci) dan dhulang (rancangan suci) rakyat kami. Dia lahir di tanah kami, dan dia meninggal di tanah kami dengan aman karena mengetahui bahwa pekerjaan hidupnya aman," katanya. 

Yayasan Yothu Yindi juga menggambarkan Yunupingu sebagai "raksasa bangsa". 

"Dia pertama dan terutama adalah pemimpin rakyatnya, yang kesejahteraannya menjadi perhatian dan tanggung jawabnya yang paling mendesak," pungkas juru bicara yayasan itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya