Salah Prediksi, Jepang Cabut Perintah Evakuasi di Hokkaido Setelah Korut Luncurkan Rudal
- KCNA
VIVA Dunia – Pemerintah Jepang mencabut perintah evakuasi bagi penduduk Hokkaido. Pemerintah mengatakan bahwa sistem peringatan darurat secara keliru memperkirakan adanya rudal, yang diluncurkan dari Korea Utara, akan jatuh di dekat pulau itu.
Sebelumnya, pemerintah Jepang mendesak penduduk Hokkaido untuk berlindung pada Kamis pagi, 13 April 2023, setelah peluncuran rudal Korea Utara. Namun, pejabat setempat kemudian mengatakan bahwa rudal tersebut tidak akan mendarat di dekat wilayah utara Jepang.
"Evakuasi segera. Segera evakuasi," kata pemerintah dalam peringatan awal.
VIVA Militer: Rudal balistik Korea Utara (Korut)
- jpost.com
Melansir dari Channel News Asia, Kamis, 14 April 2023, peringatan itu mengatakan rudal Korut diperkirakan akan mendarat sekitar pukul 08.00 waktu setempat. Mereka memberi tahu warga Hokkaido untuk berlindung di gedung atau di bawah tanah.
Namun tidak lama kemudian, kota Asahikawa di Hokkaido men-tweet bahwa tidak ada lagi kekhawatiran akan adanya bahaya.
"Setelah kami mengkonfirmasi informasi tersebut, tidak ada kemungkinan rudal itu (Korut) akan jatuh di Hokkaido atau daerah sekitar kawasan tersebut," kata jaringan darurat pemerintah nasional.
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida mengatakan pada hari Kamis, bahwa rudal yang diluncurkan Korea Utara tidak jatuh di wilayah Jepang.
Menteri Pertahanan Jepang, Yasukazu Hamada mengatakan kepada wartawan bahwa proyektil, yang kemungkinan merupakan rudal balistik kelas ICBM, miring tajam ke arah timur, dan tampaknya tidak jatuh di perairan ekonomi Jepang.
Penjaga pantai Jepang mengatakan proyektil yang tampak seperti rudal itu jatuh di laut sebelah timur Korea Utara.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, rudal yang diduga jarak menengah atau lebih, ditembakkan pada pukul 07.23 waktu setempat, dari dekat Pyongyang, kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
Militer Korea Selatan mengatakan dalam keadaan siaga tinggi dan mempertahankan kesiapan dalam koordinasi yang erat dengan Amerika Serikat (AS).
Peluncuran itu dilakukan dua hari setelah media pemerintah Korea Utara, KCNA melaporkan bahwa Pemimpin Kim Jong Un menyerukan untuk memperkuat pencegahan perang negara, dengan cara yang lebih praktis dan ofensif untuk melawan gerakan agresi AS.
