Jelang Pemilu Turki, Erdogan Naikkan Upah Minimum Pekerja

VIVA Militer: Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan
Sumber :
  • theguardian.com

VIVA Dunia – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan kenaikan upah 45% untuk 700,00 pekerja publik, menaikkan upah minimum pekerja publik bulanan menjadi 15.000 lira Turki ($768 atau Rp11 juta).

Baliho Bertebaran Dimana-mana, Kapolda Irjen Luthfi Bantah Ancang-ancang Pilgub Jateng

Erdogan mengumumkan kenaikan gaji pada hari Selasa pada pertemuan di Ankara yang membahas hak-hak ekonomi dan sosial pekerja publik melalui kerangka kerja yang disebut Protokol Kerangka Kerja Perjanjian Perundingan Bersama Publik.

"Dalam kerangka perjanjian kerja bersama ini, kami menaikkan upah sebesar 45%, termasuk bagian kesejahteraan, sehingga meningkatkan upah minimum pekerja publik menjadi 15.000 lira," kata Erdogan di ibu kota Ankara, melansir Al Jazeera, Jumat, 12 Mei 2023.

Gibran Diberi Wejangan Ma'ruf Amin: Presiden dan Wakil Presiden Harus Kompak

VIVA Militer: Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan

Photo :
  • bloomberg.com

Erdogan menambahkan bahwa Turki juga akan terus mengupayakan kenaikan upah minimum untuk pegawai negeri dan menaikkan pensiun.

Pidato Lengkap Prabowo Subianto Usai Ditetapkan sebagai Presiden Terpilih

“Bulan Juli sudah ada persiapan berdasarkan selisih inflasi dan bagian kesejahteraan,” imbuhnya.

Banyak yang beranggapan bahwa keputusan Erdogan ini berkaitan dengan pemilu yang akan diadakan di Turki tak lama lagi. Ekonomi Turki adalah masalah utama menuju pemilu. 

Kandidat presiden oposisi bernama Kemal Kilicdaroglu telah mencalonkan diri melawan Erdogan. Ia adalah seorang ekonom Turki, pensiunan pegawai negeri dan politikus sosial demokrat. Dia adalah pemimpin Partai Rakyat Republik dan telah menjadi Pemimpin Partai Oposisi Utama di Turki sejak 2010.

Pengumuman tersebut dipandang sebagai langkah untuk menarik pemilih dalam persaingan pemilu yang ketat yang didominasi oleh ekonomi. Kebijakan ekonomi Erdogan, yang pernah menjadi salah satu nilai jual utamanya, tidak populer, sebagian besar karena inflasi yang tinggi dan lira yang jatuh.

VIVA Militer: Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan

Photo :
  • dailysabah.com

Kebijakan moneter Erdogan yang tidak ortodoks, yang mana memotong suku bunga dalam menghadapi lonjakan harga, telah menyebabkan inflasi dua digit, krisis mata uang, dan melonjaknya biaya hidup yang membuat marah para pemilih Turki.

Inflasi tahunan mencapai rekor tertinggi 85,5 persen Oktober lalu dan hanya di bawah 44 persen untuk April.

“Kami akan terus mengambil langkah-langkah ini meskipun beban lebih dari $100 miliar akibat bencana gempa membebani perekonomian kami. Sekarang, alhamdulillah, Turki telah mencapai kekuatan dan ukuran yang dapat menangani semua beban ini,” kata Erdogan, merujuk pada biaya pembangunan kembali setelah bencana gempa bumi tahun ini melanda Turki. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya