Warga Palestina Ingin Rusia-China Jadi Mediator Perdamaian dengan Israel, Tak Percaya AS

Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Putin
Sumber :
  • Vyacheslav Prokofyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP

VIVA Dunia – Mayoritas warga Palestina memandang China dan Rusia sebagai mediator yang berpotensi efektif untuk pembicaraan damai mereka dengan Israel. Hasil tersebut berdasarkan survei baru-baru ini. 

Abu Ubaida Bongkar Fakta Kegagalan Israel di Hari ke-200 Pembantaian Gaza

Survei, yang dilakukan oleh YouGov pada bulan Mei atas permintaan Arab News, menunjukkan bahwa perantara perdamaian potensial yang paling disukai Palestina adalah Rusia, diikuti oleh Uni Eropa dan China. Sementara itu, Amerika Serikat (AS) menjadi negara mediator yang paling tidak disukai oleh kedua belah pihak. 

Mengomentari hasil survei tentang preferensi warga Palestina, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menyimpulkan, bahwa mayoritas masyarakat Palestina memilih Rusia yakni karena Moskow tidak mengkhianati mereka yang menaruh harapan padanya.

Ramalan Jayabaya Soal Perang Dunia Ketiga, Bakal Terjadi di 2024 Karena Iran vs Israel?

bendera Palestina

Photo :
  • Brahim Guedich/Wikimedia

“Moskow, seperti yang dinyatakan dalam komentar IPD kepada Arab News, terus percaya bahwa kerangka hukum internasional yang ada, inisiatif perdamaian Arab di Al-Taif, dan landasan kerja itu telah dicapai antara Israel dan Palestina selama proses negosiasi atas dasar solusi dua negara dapat berfungsi sebagai landasan untuk melanjutkan negosiasi langsung antara pihak-pihak yang berkonflik," kata Departemen Informasi dan Pers (IPD) dari Kementerian Luar Negeri Rusia, dikutip dari Arab News, Selasa, 16 Mei 2023. 

Presiden Raeisi Ancam Lenyapkan Israel Jika Berani Gempur Iran

“Posisi kami jelas, tidak dapat diubah, dan tidak tunduk pada konjungtur politik,” tambah IPD. 

"Kami terus-menerus membicarakan hal ini kepada teman-teman Palestina kami dan pihak Israel juga.” 

Pada Oktober tahun lalu, Otoritas Palestina mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa orang-orang di Palestina dapat mempertimbangkan mediasi AS hanya jika itu adalah bagian dari Kuartet, empat negara yang mencakup Rusia. 

Menyusul keberhasilan Beijing dalam menengahi perjanjian diplomatik Saudi-Iran pada bulan Maret, 80 persen responden survei, mendukung peran China dalam pembicaraan damai Israel-Palestina. 

China tawarkan mediasi

Presiden China Xi Jinping saay bersama Presiden Palestina Mahmoud Abbas

Photo :
  • AP Photo

Pada bulan Desember, Presiden China Xi Jinping menyatakan selama kunjungan resmi ke Riyadh mengenai keinginan negaranya untuk membantu menyelesaikan konflik antara Arab Saudi dan Iran. 

Hal ini menyebabkan pembicaraan intensif selama lima hari pada bulan Maret di Beijing, dan menghasilkan kesepakatan yang memerlukan penghormatan terhadap kedaulatan negara-negara kawasan, pemulihan hubungan diplomatik, dan kebangkitan kembali perjanjian bilateral yang telah disepakati sebelumnya antara Iran dan Arab Saudi. 

Setelah keberhasilan ini, China menawarkan pada bulan April lalu, di tengah meningkatnya ketegangan di Yerusalem, untuk memfasilitasi pembicaraan damai antara Israel dan Palestina. 

Berlawanan dengan sikap China, hampir 60 persen responden tidak mempercayai AS untuk memediasi negosiasi Palestina-Israel, meskipun 86 persen percaya AS memiliki pengaruh signifikan atas Israel. 

“Orang Palestina tidak pernah melihat AS sebagai perantara yang netral atau adil,” kata direktur Dewan untuk Pemahaman Arab-Inggris (CAABU) yang berbasis di London, Chris Doyle. 

"Kepemimpinan (Palestina) telah mentolerir AS karena, cukup  sederhananya, sebagai satu-satunya negara adidaya di dunia selama bertahun-tahun, (mereka) tidak punya pilihan.” 

Dia juga mengatakan kepada Arab News bahwa ada banyak alasan mengapa warga Palestina, termasuk para pemimpinnya, tidak pernah memandang AS sebagai perantara yang bertanggung jawab. 

“AS secara terang-terangan menyatakan bahwa mereka pro-Israel, memiliki aliansi strategis dengan Negara Israel, secara rutin mengeluarkan resolusi pro-Israel di Kongres, dan, tentu saja, memveto upaya untuk mengesahkan resolusi Dewan Keamanan yang kritis terhadap Negara Israel dan perilakunya,” jelas Doyle

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya