- Daily Post Nigeria
VIVA – Junta Niger telah mengakhiri perjanjian militer yang mengizinkan personel AS ditempatkan di negara tersebut, dikutip dari BBC Internasional.
Pengumuman pada hari Sabtu ini disampaikan pada minggu yang sama bahwa delegasi dari Washington telah berada di Niamey untuk melakukan pembicaraan dengan para pemimpin militer negara tersebut.
AS menggunakan basisnya di Niger untuk memantau aktivitas jihadis regional. Pengumuman terbaru junta, yang berkuasa sejak Juli lalu, muncul ketika junta semakin dekat dengan Rusia dan setelah pasukan Prancis diusir pada bulan Desember.
Juru Bicara Pemimpin Kudeta Niger, Kolonel Amadou Abdramane.
- Aljazeera Photo.
“Kehadiran AS di wilayah Republik Niger adalah ilegal dan melanggar semua aturan konstitusional dan demokratis yang mengharuskan rakyat yang berdaulat diajak berkonsultasi mengenai penempatan tentara asing di wilayahnya,” juru bicara militer Niger Kolonel kata Amadou Abdramane dalam pernyataan yang mengecam di televisi nasional.
Dia juga menuduh delegasi Amerika Serikat menuduh Niger melakukan kesepakatan rahasia untuk memasok uranium ke Iran. Kolonel Abdramane menggambarkan tuduhan tersebut sebagai "sinis" dan "mengingatkan pada perang Irak kedua". Dan yang terakhir, dia menyatakan bahwa AS telah mengajukan keberatan terhadap sekutu yang dipilih Niger.
“Oleh karena itu, pemerintah Niger mengecam keras sikap merendahkan dan ancaman pembalasan yang dilakukan kepala delegasi Amerika terhadap pemerintah dan rakyat Niger,” kata Kolonel Abdramane.
Merujuk pada dewan militer pemerintahan Niger yang berinisial CNSP, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan pada X bahwa pihaknya, “mengetahui pernyataan tersebut yang mengikuti diskusi jujur di tingkat senior di Niamey minggu ini tentang kekhawatiran kami terhadap arah CNSP. Kami berhubungan dengan CNSP dan akan memberikan pembaruan lebih lanjut sebagaimana diperlukan.”
VIVA Militer: Upacara pemakaman 11 tentara Angkatan Bersenjata Nigeria
- Daily Post Nigeria
Diperkirakan setidaknya ada 650 personel AS di Niger. Pada tahun 2016, AS mulai berinvestasi sekitar $100 juta untuk membangun pangkalan drone di pusat kota Agadez, 750 km (460 mil) timur laut Niamey. Itu digunakan untuk pengawasan dan penargetan ISIS dan militan terkait al-Qaeda yang beroperasi di wilayah Sahel yang lebih luas.
Aktivitas jihadis di Sahel telah menciptakan ketidakstabilan di sejumlah negara, dan selain Niger, juga menyebabkan kudeta di dua negara tetangganya, Mali dan Burkina Faso. Ketiga negara kini telah membentuk aliansi militer.
Tentara di Niger menggulingkan Presiden terpilih, Mohamed Bazoum, Juli lalu dengan alasan memburuknya situasi keamanan.
Menyusul meningkatnya kebencian terhadap bekas kekuasaan kolonial Perancis, pasukan Perancis, yang telah membantu memerangi para jihadis, meninggalkan negara itu pada bulan Desember.
Junta tampaknya mengambil sikap yang lebih lunak terhadap AS, namun kini hal itu berubah. Niger tampaknya bergerak lebih dekat ke Rusia. Desember lalu, Perdana Menteri Ali Mahaman Lamine Zeine yang ditunjuk junta berada di Moskow untuk membahas hubungan militer dan ekonomi.
Mengacu pada hubungan dengan Rusia, juru bicara militer Kolonel Abdramane mengatakan Niger sedang berurusan dengan negara tersebut untuk "memperoleh peralatan militer yang diperlukan untuk memerangi teroris yang telah memakan ribuan korban warga Niger yang tidak bersalah di bawah pengawasan sebagian besar komunitas internasional".
