Menkeu Israel Minta Netanyahu Ambil Alih Tepi Barat
- Atalayar
Tel Aviv, VIVA – Menteri Keuangan Israel sayap kanan, Bezalel Smotrich meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mengambil alih "kedaulatan" Israel atas Tepi Barat yang diduduki.
"Banyak hal yang dipertaruhkan, kemenangan penuh di Gaza, penghancuran Hamas dan pengembalian semua sandera kita, memperkuat keamanan kita di semua perbatasan - di Suriah, Lebanon, dan tentu saja terhadap kepala gurita, rezim Iran dan ancaman nuklir. Bahaya ini harus disingkirkan," kata Smotrich, pemimpin Partai Zionisme Religius, di akun X-nya.
"Kita harus memperkuat cengkeraman dan kedaulatan kita atas tanah air di Yudea dan Samaria (Tepi Barat)," sambungnya, dikutip dari Middle East Monitor, Senin 3 Februari 2025.
Arsip foto - Tentara Israel pada Rabu, 2 Oktober, memaksa tiga keluarga Palestina di dua desa dekat kota Jenin, di bagian utara daerah pendudukan Tepi Barat, untuk meninggalkan rumah mereka dan mengubahnya menjadi barak militer.
- ANTARA/Anadolu
Smotrich mengklaim bahwa Israel telah berdamai, dan menjalin aliansi untuk memperkuat posisinya
Pemimpin oposisi Benny Gantz juga mengatakan kunjungan Netanyahu ke AS merupakan kesempatan untuk memperluas "lingkaran normalisasi" di kawasan Timur Tengah.
“Pertemuan dengan Presiden Trump sangat penting untuk memajukan pemulangan semua sandera kami, mengoordinasikan tanggapan terhadap tantangan Iran, memperluas lingkaran normalisasi, dan menghapus kekuasaan Hamas,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Diketahui, Netanyahu berangkat ke Washington pada Minggu pagi, 2 Februari 2025, untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump.
Dalam pernyataan sebelum keberangkatan di Bandara Ben Gurion, Netanyahu menyebut pertemuannya dengan Trump sebagai kesaksian atas kekuatan aliansi Israel-Amerika.
Di lain sisi, Kantor Netanyahu mengatakan pada hari Sabtu, 1 Januari 2025, bahwa perdana menteri akan memulai pembicaraan tentang fase kedua gencatan senjata Gaza, yang mulai berlaku pada 19 Januari lalu.
Perjanjian gencatan senjata tiga fase mencakup pertukaran tahanan dan ketenangan yang berkelanjutan, yang bertujuan untuk gencatan senjata permanen dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.
Bentrokan meluas pecah pada Selasa malam, 3 Desember 2024, antara warga Palestina dan pasukan Israel dalam penggerebekan militer yang dilakukan negara zionis itu di beberapa kota di Tepi Barat.
- ANTARA/Anadolu
Menurut media Israel, eskalasi militer di Tepi Barat sebagian ditujukan untuk menenangkan Smotrich, yang menentang gencatan senjata di Gaza dan menuntut tindakan yang lebih keras terhadap warga Palestina.
Lebih dari 900 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 6.700 lainnya terluka oleh pasukan Israel di Tepi Barat sejak pecahnya perang Gaza pada 7 Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan.