Presiden Kabur, Tunisia Bentuk Kabinet Baru

Demonstrasi massal menuntut mundur Presiden Tunisia, 14 Januari 2011
Sumber :
  • AP Photo

VIVAnews - Tunisia mengumumkan pemerintahan baru pasca kaburnya Presiden Zine El Abidine Ben Ali ke Arab Saudi. Pemerintahan  bersifat sementara untuk meredam kemarahan rakyat sekaligus menstabilkan kembali Tunisia sampai berlangsungnya pemilihan umum (pemilu), yang berlangsung dalam jangka waktu enam hingga tujuh bulan.

Perdana Menteri (PM) Tunisia Mohamed Ghannouchi, seperti dilansir kantor berita Associated Press, Senin, 17 Januari 2011, mengumumkan bahwa dia masih menempati posisi sebagai PM pada pemerintahan sementara ini.
 
Dia juga mengumumkan 19 anggota kabinet baru, termasuk diantaranya tiga pemimpin oposisi dan 10 orang non-partai. Ketua oposisi, Mustafa ben jaafar, akan bertugas sebagai Menteri Kesehatan, Ahmad Ibrahim sebagai Menteri Pendidikan dan najib Al Shabi, sebagai Menteri Pembangunan Lokal. Menteri pertahanan, dalam negeri dan luar negeri masih seperti yang dulu.

Pemerintahan baru ini akan bertugas untuk menjalankan pemerintahan sampai pemilihan umum presiden yang rencananya digelar 7-8 bulan lagi.

Sampai presiden yang baru terpilih, presiden sementara dijabat oleh mantan ketua DPR Fouad Mebazza. Terpilih sejak Sabtu lalu, dia berjanji akan mengembalikan stabilitas dan menunjung tinggi konstitusi di negara tersebut.

Kerusuhan berdarah yang terjadi sejak pekan lalu dipicu oleh tingginya harga pangan dan meningkatnya angka pengangguran terpelajar di Tunisia. Ribuan pemuda yang marah melemparkan bom molotov, batu dan tongkat ke arah petugas keamanan dan properti publik, bentrokan pun tidak terhindarkan.

Menteri Dalam Negeri Tunisia, Ahmad Friaa, mengatakan bahwa 78 orang tewas dan 94 lainnya terluka, kebanyakan dari mereka adalah polisi yang mengamankan massa. Friaa juga mengatakan bahwa kerusuhan yang telah berlangsung selama beberapa hari ini merugikan negara sebesar US$ 2 milar atau Rp. 18 triliun.

Pada siaran di televisi pemerintah itu, Friaa mendesak para perusuh untuk berhenti dan mulai bekerja sama dengan polisi. Dia bersumpah mereka yang bertanggung jawab atas kesalahan di masa lalu akan dihukum. Friaa mengakhiri pidatonya dengan mengatakan, “Ya untuk demokrasi, ya untuk kebebasan, ya untuk tanpa kerusuhan.”  (sj)

Elite PAN soal PKB-Nasdem Gabung Prabowo: Ini Masih Perubahan atau Keberlanjutan? 
Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali

Nasib 2 Debt Collector Ambil Paksa Mobil Polisi, Kemenhub Pangkas Jumlah Bandara Internasional

Berita tentang nasib dua debt collector yang hendak mengambil paksa mobil Aiptu Fandri di parkiran salah satu pusat perbelanjaan di Kota Palembang jadi yang terpopuler.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024