Presiden Kabur, Pembangkang Tunisia Pulang

Rachid Ghanouchi
Sumber :
  • AP Photo/Hassene Dridi

VIVAnews - Pergolakan di Tunisia beberapa pekan lalu membuat Presiden Zine El Abidine Ben Ali kabur ke Arab Saudi. Kesempatan ini digunakan oleh para lawan politik Ben Ali untuk kembali ke Tanah Air.

Menurut kantor berita Associated Press, Minggu 30 Januari 2011, salah seorang tokoh pembangkang yang pulang adalah Rachid Ghanouchi, yang merupakan pemimpin Partai Islam Ennahdha. Bersama 70 anggota partai, Ghanouchi akhirnya pulang setelah lebih dari 20 tahun berada di Inggris.

Kedatangan mereka disambut pekikan “Allahu Akbar” dari ribuan pendukung Ghanouchi yang menunggu di bandara.

Tokoh berusia 69 tahun itu mengungsi ke Inggris pada 1987, atau saat Ben Ali mulai berkuasa sebagai presiden. Melalui sidang in absentia pada 1991, Ghanouchi dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan di Tunisia atas dakwaan mencoba membunuh presiden.

Selama 23 tahun berkuasa, Ben Ali terkenal kerap menjatuhkan lawan-lawan politiknya, terutama para pendukung politik Islam. Para pemimpin dan simpatisan partai politik banyak yang dipenjarakan dan diasingkan atas tuduhan terorisme.

Partai Ennahda juga dilarang oleh Ben Ali karena dituduh merencanakan pembunuhan atas dirinya dan akan mendirikan negara Islam. Tuduhan ini dibantah oleh Ghanouchi, yang mengatakan bahwa dia adalah seorang yang moderat, jauh dari apa yang dituduhkan.

“Beberapa media Barat menyamakan saya dengan pemimpin garis keras Iran [mendiang Ayatollah Khomeini], tapi saya tidak seperti itu,” ujar Ghanouchi.

Kini, Partai Ennahda dibolehkan kembali beraktivitas oleh pemerintahan sementara. Cendikiawan mengatakan bahwa Ben Ali menggunakan ketakutan warga terhadap bangkitnya pemerintahan Islam untuk menghancurkan partai ini. Padahal, menurut mereka, Ennahda adalah partai yang moderat.

Ghanouchi mengatakan dia kembali ke tanah air ingin membantu proses reformasi di Tunisia. Dia juga mengatakan tidak tertarik untuk mencalonkan diri di pemerintahan. “Saya tidak akan mencalonkan diri jadi presiden, ataupun menteri dan anggota parlemen,” ujarnya.

Ghanouchi mengatakan bahwa dia bersama partainya terutama akan memperjuangkan persamaan hak bagi para wanita Tunisia. Sebagai negara sekuler di Afrika Utara, Tunisia pada 1956 telah melarang praktik poligami dan memberikan hak kepada istri untuk bercerai dari suami.

Ghanouchi mengatakan hak-hak wanita akan terus ditingkatkan oleh partainya.“Jadi kenapa perempuan takut kepada saya? Kenapa wanita bebas di Tunisia tidak memperjuangkan hak mereka untuk mengenakan apa yang mereka mau?” ujar Ghanouchi. (umi)

Cek Fakta: Timnas Uzbekistan Diblacklist AFC dan FIFA karena Pakai Doping
Sosok Brigadir Jenderal (Brigjen) Aulia Dwi Nasrullah

Sosok Jenderal TNI Bintang 1 Termuda, Eks Pentolan Grup 2 Kopassus

Sosok Brigadir Jenderal (Brigjen) Aulia Dwi Nasrullah disebut-sebut sebagai jenderal bintang 1 termuda di Indonesia saat ini.

img_title
VIVA.co.id
7 Mei 2024