Warga Dilarang Kumpul, Bahrain Kerahkan Tank

Seorang warga Bahrain menangis melihat seorang demonstran yang tewas
Sumber :
  • AP Photo/Hasan Jamali

VIVAnews - Situasi di Ibukota Bahrain, Manama, kian mencekam setelah pemerintah memperketat keamanan dengan mengerahkan tank-tank dan melarang massa untuk berkumpul, Kamis 17 Februari, waktu setempat. Jumlah korban tewas di tengah unjuk rasa anti pemerintah dalam beberapa hari terakhir bertambah menjadi sedikitnya lima orang dan lebih dari 200 orang terluka.
 
Menurut kantor berita Associated Press, suasana di Alun-alun Mutiara, Manama, Kamis waktu setempat, menjadi lengang setelah terjadi kekerasan yang dilakukan pasukan keamanan terhadap para pemrotes yang menginap di lapangan itu. Sejumlah tank berlalu lalang di jalan-jalan utama Manama.

Suasana riuh melanda semua rumah sakit di Ibukota itu. Di setiap rumah sakit, terdengar teriakan para demonstran yang terluka dan isak anggota keluarga korban yang tewas.

Bahkan, sejumlah warga nekad membakar gambar Raja Ahmad bin Isa Al Khalifa di suatu bangsal Rumah Sakit Salmaniya. "Kami kini bertambah marah," sahut warga bernama Makki Abu Taki setelah melihat putranya tidak lagi bernyawa di ruang jenazah.

"Mereka pikir mereka bisa menindas kami. Tapi mereka justru membuat kami makin marah. Kami akan kembali ke jalan dengan jumlah besar untuk mengenai para martir. Waktu bagi rezim Al Khalifa sudah habis," lanjut Abu Taki. 

Menteri Luar Negeri Bahrain, Khalid Al Khalifa, mengatakan bahwa pemerintah terpaksa menerapkan langkah yang tegas karena para demonstran dianggap sudah melakukan aksi yang bisa "memecah belah" bangsa dan bisa menyulut ke konflik sektarian. Pihak keamanan sengaja bertindak pada Kamis dini hari untuk "meminimalisir jumlah korban yang lebih banyak," kata Al Khalifa. 

Alun-alun Mutiara menjadi titik kumpul para demonstran sejak tiga hari lalu. Mereka mengeluhkan sulitnya mendapat pekerjaan dan perumahan yang layak. Demonstran yang kebanyakan adalah penganut Syiah merasa muak dengan diskriminasi yang dialamatkan pemerintah kepada mereka.

Kendati Syiah merupakan warga mayoritas, namun para penguasa merupakan penganut aliran Suni. Pemerintah memperketat warga Syiah untuk menjadi pegawai pemerintahan, kepolisian dan militer. Maka, mereka menuntut rezim monarki Suni yang diskriminatif diganti dengan pemerintahan baru yang lebih toleran.

 

Arus Mobil saat Mudik 2024 Meningkat, Astra Infra Siapkan Hal Ini
Kegiatan kelompok usaha PT Bumi Resources Tbk.

BUMI Resources Cetak Laba Bersih US$117,4 Juta di Tahun 2023

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatatkan pendapatan secara konsolidasian mencapai US$6,57 miliar di sepanjang tahun 2023. Tercatat, bahwa pendapatan BUMI berdasarkan PSAK

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024