Revolusi di Mesir Membuat Turisme Rugi Besar

Sejumlah turis mengunjungi kompleks piramid Giza, Mesir
Sumber :
  • AP Photo/Khalil Hamra

VIVAnews - Jatuhnya Presiden Husni Mubarak dari kekuasaan 11 Februari lalu hanya membuat rakyat Mesir gembira untuk sementara waktu. Mereka menyadari bahwa revolusi menjatuhkan rezim Mubarak telah menimbulkan efek samping yang mengkhawatirkan: para turis takut ke Mesir.

Padahal, sektor pariwisata termasuk salah satu pendapatan andalan bagi negeri Afrika Utara itu. Dalam beberapa pekan terakhir, pelaku industri pariwisata merasakan sepinya tempat-tempat pesiar andalan, seperti kompleks makamĀ  Firaun atau piramid, di Giza.

"Saya dulu mampu menghasilkan EGP600 [sekitar Rp900.000] setiap minggu, bahkan bisa lebih," kata Salah Shabani, seorang pengelola bisnis sewa unta di Kompleks Piramid Giza, seperti yang dikutip kantor berita Associated Press (AP). Dulu, banyak turis menyewa seekor unta peliharaan Shabani bernama Oscar.

Penyewa bisa berfoto bersama dengan Oscar dengan latar belakang piramid, yang merupakan ciri khas Mesir. Namun, sejak pergolakan anti rezim Mubarak dimulai awal tahun ini, Shabani dan untanya lebih sering menganggur.

"Kini tidak ada lagi turis," kata Shabani. Dua bulan lalu dia menikah, sehingga wajar bila Shabani khawatir atas sepinya pengunjung Piramid. Artinya, pria 23 tahun itu terancam kehilangan mata pencaharian sehingga dia dan istrinya kini berpikir ulang untuk punya anak.

Shabani mengaku turut gembira mendengar runtuhnya kekuasaan Mubarak, yang membelenggu kebebasan rakyat Mesir sejak 1981. Namun, dia berharap situasi keamanan di negaranya segera stabil sehingga tidak lagi menakutkan para turis untuk berkunjung.

Menurut data pemerintah, yang ditulis oleh AP, sekitar 210.000 turis meninggalkan Mesir pada pekan terakhir Januari lalu. Situasi itu membuat Mesir kehilangan pendapatan sekitar US$178 juta.

Tidak hanya itu, banyak turis membatalkan kunjungan ke Mesir selama Februari sehingga hilangnya pendapatan di sektor pariwisata diperkirakan membengkak hingga US$825 juta.

Kerugian itu sangat berpengaruh bagi Mesir, karena sekitar 5-6 persen pertumbuhan ekonominya berasal dari pendapatan di sektor turisme. Selain itu, dua juta warga Mesir bekerja di sektor pariwisata.

Itulah sebabnya, sekelompok mahasiswa pada Jumat, 25 Februari 2011, menggelar aksi unjuk rasa. Demonstrasi kali ini bukan untuk menggulingkan pemerintah, namun bertujuan untuk mengatasi persepsi negatif atas Mesir.

Maka, aksi kali ini berjalan simpatik. Para demonstran mengecat wajah masing-masing dengan motif bendera Mesir sambil membawa spanduk, "Percayalah, Saya Orang Mesir." Para peserta juga mengenakan kaus hitam bertuliskan "Saya Cinta Mesir."

"Seandainya jadi turis dan melihat peristiwa yang sudah-sudah, saya mungkin juga takut berada di sini," kata George Wagdy, mahasiswa berusia 23 tahun. Dia baru saja selesai menunaikan dinas militer dan kini mencari kerja sebagai penerjemah bahasa Inggris dan Spanyol.

Namun, Wagdy dan teman-temannya kini berharap para turis asing kembali tertarik untuk mengunjungi Mesir. "Kami ingin berkata bahwa Mesir kini sudah aman dan semuanya kembali normal," kata Wagdy. (umi)

Ernando Ari Gagalkan Penalti, Timnas Indonesia U-23 Sukses Bekuk Australia
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary

Kasus Mayat Perempuan dengan Kondisi Wajah Hancur, Polisi Tangkap 3 Orang

Polisi telah mengetahui identitas mayat perempuan tersebut.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024