- AP Photo/Kevin Frayer
VIVAnews - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan seruan dan kecaman dunia Barat terhadap kekejaman rezim Muammar Khadafi di Libya seharusnya juga dialamatkan kepada rezim di Iran. Hal ini setidaknya akan memberikan semangat baru kepada warga Iran yang ingin memberontak dari pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad.
Menurut harian Haaretz, Selasa 1 Maret 2011, Netanyahu mengatakan bahwa Libya dan Iran sama-sama merupakan negara yang melanggar hak asasi rakyatnya, sehingga sanksi internasional dan kecaman seharusnya tidak hanya diberikan kepada Libya, namun juga kepada Iran.
“Jika komunitas internasional menerapkan tekanan kepada Libya dan memperingatkan pemimpin dan tentaranya agar tidak melanggar hak asasi manusia, peringatan yang sama juga harus dialamatkan kepada pemimpin Iran dan kroninya,” ujar Netanyahu.
Tekanan dunia internasional terhadap rezim Khadafi masih terus berlangsung hingga saat ini. Aset-aset kekayaan Khadafi dan keluarganya dibekukan di beberapa negara. Sanksi yang dijatuhkan Dewan Keamanan PBB juga memberangus kerja sama perdagangan antara Libya dengan negara-negara anggota PBB.
Sementara itu, dilaporkan angkatan laut dan udara Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya telah bersiaga di dekat wilayah Libya. Negara-negara Barat juga mendesak diberlakukannya zona larangan terbang bagi AU Libya, agar pesawat tempur tidak digunakan untuk menembaki rakyat.
“Pada saat yang sama ketika Khadafi membantai rakyatnya di Libya, rezim Ayatullah di Iran secara sistematis menghukum mati para penentangnya,” ujar Netanyahu.
Dia mengatakan bahwa seruan dan kecaman dunia terhadap Iran akan membuat para aktivis anti pemerintahan Iran merasa di dengar suaranya oleh masyarakat internasional. Sehingga, ujarnya, akan menambah semangat dalam memperjuangkan tegaknya demokrasi di negara tersebut.
“Saya percaya reaksi yang keras akan memberikan pesan yang jelas yang akan membangkitkan keberanian dan harapan rakyat Iran, bahwa tidak ada yang melupakan perjuangan mereka menuntut kebebasan,” ujar Netanyahu.