Bunuh Warga, Tentara AS Divonis 24 Tahun

Jeremy Morlock, tentara AS pelaku pembunuhan tiga warga sipil Afghanistan.
Sumber :
  • AP Photo/U.S. Army

VIVAnews - Seorang perwira militer Amerika Serikat divonis penjara selama 24 tahun setelah terbukti bersalah membunuh tiga warga sipil di Afghanistan. Pembunuhan diakuinya hanya bertujuan untuk main-main dan sebagai olahraga saja.

Uang Haram Potong Insentif di Pemkab Sidoarjo Diserahkan Anak Buah Gus Muhdlor lewat Sopir

Dilansir dari laman Associated Press, Rabu, 23 Maret 2011, Jeremy Morlock, 22, juga dipecat dengan tidak hormat dari kesatuannya akibat pembunuhan tersebut. Morlock adalah tentara AS pertama yang divonis dari lima tentara lainnya yang terlibat dalam pembunuhan tersebut. 

Morlock merupakan tokoh kunci dalam peristiwa yang dikategorikan sebagai kejahatan perang tersebut. Jaksa penuntut menuduhnya telah menjadi pemimpin dalam pembunuhan tiga warga sipil tidak bersenjata pada Januari, Februari dan Mei 2010 di Kandahar.

Wapres Ma’ruf Amin Berharap Kabinet Prabowo-Gibran Diisi Kalangan Profesional

Morlock mengaku bersalah dan mengatakan pembunuhan warga sipil itu memang telah direncanakannya. "Rencananya memang untuk membunuh orang," ujar Morlock di pengadilan.

Dia juga menyatakan permintaan maafnya kepada keluarga korban dan seluruh rakyat Afghanistan atas perlakuannya dan rekan-rekannya itu.

Apple Luncurkan iPad Pro Pakai Chipset M4, Segini Harganya

Kepada pengadilan, Morlock menceritakan rincian pembunuhan yang dilakukan olehnya dan rekan-rekannya. Dia juga mengaku sering menghisap ganja di dalam barak militernya di Kandahar.

Morlock mengatakan pembunuhan sengaja dilakukan untuk bersenang-senang. Dilansir dari laman The Guardian, dia mengaku sengaja merancang sebuah situasi perang palsu agar dapat membunuh warga sipil yang tidak berdosa. Setelah terbunuh, mereka berpose dengan mayat korban.

Foto-foto tidak berperikemanusiaan ini dipublikasikan di koran Jerman, Der Spiegel. Pada tiga foto itu, terlihat Morlock dan rekan-rekannya tersenyum sambil menjambak rambut mayat korbannya yang masih berusia muda. Tidak ada ketakutan dan keengganan di wajah mereka.

Beberapa tentara yang ikut serta dalam pembunuhan itu bahkan mengambil beberapa bagian tubuh korban untuk dijadikan kenang-kenangan. Termasuk yang diambil adalah kepala korban untuk diambil tengkoraknya.

Militer AS dalam pernyataannya meminta maaf kepada keluarga korban atas pembunuhan, menyusul publikasi foto itu. "(Foto-foto itu) sangat menjijikkan bagi kami sebagai manusia dan bertentangan dengan standar dan nilai yang ditetapkan di kemiliteran Amerika Serikat," tulis pernyataan tersebut. (adi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya