- Gero Breloer / AP
VIVAnews - Pemerintah Jerman masih harus memutar otak dan mencari cara menemukan sumber wabah E coli yang menyerang ribuan orang di Eropa. Pasalnya, sebagian besar tauge yang mereka tuduh sebagai biang keladi wabah mematikan itu ternyata tidak mengandung bakteri E coli berbahaya.
Dilansir dari laman Wall Street Journal, Selasa, 7 Juni 2011, penelitian awal yang dilakukan oleh pemerintahan negara bagian Lower Saxony menunjukkan tidak ada kontaminasi bakteri pada tauge. Padahal sebelumnya, Kementerian Pertanian Lower Saxony mengatakan semua kasus E Coli mengarah kepada tauge asal kota Bienenbuettel, distrik uelzen tersebut.
Pada penelitian awal, 23 dari 40 sampel tauge yang diteliti menunjukkan negatif mengandung E Coli jenis berbahaya atau EHEC. Jika terbukti tidak berbahaya, maka pemerintah Jerman harus menarik kembali tuduhan terhadap sayuran kecambah tersebut. Sebelumnya, Jerman telah menarik tuduhan terhadap mentimun asal Spanyol.
Tindakan pemerintah yang mengumumkan sumber wabah tanpa melakukan penelitian terlebih dulu dianggap oleh beberapa pihak terlalu gegabah. Akibatnya para petani dan pedagang sayur merugi karena konsumsi masyarakat yang turun drastis.
"Respon yang sangat gegabah ini sangat tidak kompeten. Hal ini justru membawa bencana" ujar Michael Osterholm, direkrut Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular Universitas Minnesota, dilansir dari Associated Press.
Di Jerman sendiri, Asosiasi Petani Jerman memperkirakan kerugian yang ditimbulkan akibat wabah ini mencapai hingga 30 juta euro atau sekitar Rp37,2 miliar. Sementara di Spanyol, petani mentimun merugi hingga Rp2,4 triliun.
Saat ini, bakteri E coli sudah menjangkiti lebih dari 2.200 orang di 12 negara Eropa, 22 di antaranya meninggal dunia. Diduga, wabah belum mencapai puncaknya dan masih akan terus bertambah.