- Antara/ Jessica Wuysang
VIVAnews -- Rumor beredar bahwa tokek liar bisa menyembuhkan AIDS dan meningkatkan kejantanan pria. Juga asma, kanker, dan TBC. Namun, pejabat Filipina telah mengeluarkan peringatan, penggunaan reptil tersebut sebagai obat tradisional justru bisa menimbulkan risiko bagi pasien.
Departemen Kesehatan menyerukan, penggunaan tokek bisa membahayakan, sebab, pasien tidak mendapatkan pengobatan tepat pada penyakit yang ia derita. "Ini justru makin memperburuk kesehatan, dan menempatkan mereka pada risiko," demikian peringatan yang dikeluarkan Depkes Filipina.
Depkes menambahkan, pengobatan asma saat ini relatif tersedia dan terjangkau. Sementara untuk AIDS, saat ini sudah ada obat antivirus yang bisa mengendalikan virus HIV.
Tokek di Filipina tak hanya digunakan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, tapi juga diekspor ke sejumlah negara seperti Malaysia, China, dan Korea Selatan.
Hewan ini masuh jenis karnivora, reptil noctunal dari famili Gekkonidae yang hanya ditemukan di negara-negara tropis. Mereka diketahui memiliki alas kaki yang lengket -- yang memungkinkan mereka melata pada dinding, termasuk kaca.
Sementara, pegawai Kantor Perlindungan Margasatwa Filipina, Mundita Lim mengatakan, pihaknya akan meminta penegak hukum untuk menyelidiki apakah ada jaringan yang bermain di balik perdagangan tokek. Sebab, tokek yang memenuhi kriteria -- berat 400 gram -- bisa berharga selangit.
Untuk diketahui, tokek liar bisa tumbuh sampai 200 gram, sementara di penangkaran beratnya bisa mencapai 300 gram.
Dalam praktek pengobatan tradisional, tokek dikeringkan dan ditumbuk, lalu digunakan sebagai obat. Air liur dan organ dalam tokek juga dikumpulkan karena dianggap mujarab.
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup Filipina, Ramon Paje memperingatkan bahwa mengumpulkan dan perdagangan tokek tanpa izin dapat dihukum sampai empat tahun penjara dan denda sampai 300.000 peso.
Sebab, tokek sangat penting untuk keseimbangan alam. Perannya, untuk mengendalikan hama dan mempertahankan ekosistem yang rapuh. Di alam, tokek adalah predator bagi makan serangga dan cacing. Spesies yang lebih besar berburu burung kecil dan binatang pengerat. (AP)
Baca juga: Obat Mujarab, Harga Seekor Tokek Rp1,4 Juta