Tenda, Kota Bagi Para Penganggur AS

Warga di Tent City, New Jersey, AS.
Sumber :
  • Mel Evans / AP

VIVAnews - Puluhan pengangguran dan tunawisma korban krisis ekonomi Amerika Serikat terpaksa tinggal di tenda-tenda di sebuah hutan di New Jersey. Puluhan tenda di hutan ini menjadikan lokasi ini berjuluk Tent City atau kota tenda.

Dilansir dari laman Daily Mail, Selasa, sebanyak 50 orang tinggal di tenda-tenda yang terbuat dari terpal atau rumah darurat sederhana yang dibuat dari kayu balsa, beberapa bahkan mendirikan tenda khas indian yang disebut teepee.

Mereka mengaku memilih hidup di Tent City karena semakin berkurangnya bantuan yang didapat dari gereja, rumah makan, serta sanak saudara akibat krisis moneter. Mereka juga melakukan itu untuk menghindari tatapan iba dari masyarakat setempat.

Burt Haut, seorang mantan karyawan hotel yang sudah setahun tinggal dalam sebuah tenda terpal bersama istrinya, menceritakan pengalamannya. "Kami mengalami krisis keuangan sejak tiga tahun lalu, dan hal itu memaksa kami tinggal di tenda, di halaman gereja, bahkan di belakang toko. Namun tentu saja kami tak bisa terus menerus mengharapkan bantuan," kata pria berusia 43 tahun ini.

Tent City ibarat kota pada umumnya. Kota ini memiliki walikota yang bertugas memimpin warga. Terdapat juga sejumlah peraturan yang harus dipatuhi. Menurut walikota Tent City, Steve Brigham seorang mantan pendeta, para warga dilarang berkelahi, harus membersihkan lampu, bersedia meluangkan waktu, dan dilarang berisik diatas pukul 22.00.

Hingga saat ini Tent City masih terlibat masalah hukum dengan pemerintah daerah setempat, Ocean County, yang ingin mengusir mereka dari hutan New Jersey. Komunitas ini berharap, jika pemerintah setempat memang berniat mengusir mereka, setidaknya mereka diberikan tempat penampungan sementara. Mereka juga mengharapkan adanya bantuan pengacara yang bersedia membantu secara sukarela.

"Tent City adalah tempat kami memulihkan diri, untuk berdiri di atas kaki sendiri, untuk kembali menghadapi dunia," kata Steve. Ia menyebutkan bahwa warga Tent City yang multiras hidup sangat sederhana dengan generator tenaga bensin untuk menghangatkan air dan cuci piring, serta memelihara ayam yang bukan ayam petelur untuk menghindari tertular penyakit.

"Ada orang Meksiko, Polandia, Irlandia, Afro-Amerika, dan kaum kulit putih lain di sini. Ada pula delapan orang wanita, yang dulunya sempat menjadi masalah, namun ternyata kehadiran mereka membuat komunitas lebih tenang. Perjuangan hidup kami disini membuat kami menyadari betapa beruntungnya kami, hidup dengan TV dan makanan yang dihangatkan di depan kami," tambah Steve.

Steve juga mengakui, memupuk harapan warganya bukan perkara mudah. Ia mendirikan sebuah kapel yang sangat sederhana dari kayu balsa dan atap terpal. Kapel tersebut diakuinya memang kurang layak, namun ia yakin doa dan harapan yang dipanjatkan di tempat ini mampu membantu para warga melewati saat-saat tersulit hidup mereka.

Warga Tent City lainnya mengamini pernyataan sang walikota. Mereka bersyukur bisa hidup di tengah-tengah komunitas ini. Seperti kata Burt, "Rasanya seperti kembali ke alam dan mebuat kami sadar bahwa perangkat rumah tangga seperti mobil, telepon, dan microwave sebenarnya tidaklah terlalu penting. Yang kami dapat disini adalah makanan, perlindungan, dan air, dan memang itulah yang kami butuhkan."

Belitan utang sebesar kurang lebih Rp121 triliun yang kini melilit AS berdampak buruk pada kehidupan sebagian besar warganya. Jika masalah ini tidak segera teratasi, akan semakin banyak warga AS yang mengalami hidup seperti yang dialami warga Tent City.

Presiden AS, Barack Obama, sendiri tengah menyusun rencana supaya negaranya dapat lolos dari jeratan krisis utang. Hal ini terutama agar para pengangguran bisa kembali bekerja, dan mereka yang kehilangan tempat tinggal bisa mendapatkannya kembali.

Dorong Ekosistem Ekonomi Keuangan Digital, BI Bali Gelar Baligivation Festival 2024

Warga di Tent City, New Jersey.

Ilustrasi laboratorium.

Industri Laboratorium Makin Kinclong, Lab Indonesia 2024 Soroti Hal Ini

Pameran teknologi dan peralatan laboratorium terbesar di Asia Tenggara dan satu-satunya di Indonesia, Lab Indonesia 2024 kembali mempertemukan elit industri laboratorium.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024