Abdel Hakim Belhaj, Pemimpin Baru Libya?

Abdel Hakim Belhaj, pemimpin pemberontak Libya
Sumber :
  • AP/ Francois Mori

VIVAnews - Dunia internasional sedang menanti siapa pemimpin baru yang muncul setelah Ibukota Libya, Tripoli, jatuh ke tangan pemberontak. Salah satu figur yang diperhatikan adalah Abdel Hakim Belhaj, komandan militer pemberontak yang sedang memimpin pemulihan Tripoli.

Siapa Belhaj? Pria yang tampil berjambang ini telah menyaksikan begitu banyak peperangan. Sebagai warga negara Libya, ia bersumpah setia pada National Transitional Council (NTC) yang bertujuan membentuk pemerintahan sipil demokratis di Libya.

Belhaj aktif di Kelompok Pejuang Islam Libya (LIFG) yang pergi bertempur ke Afghanistan. Selain memerangi pendudukan Soviet, ia juga salah satu pasukan yang bertempur di masa kejatuhan Taliban. Ia sering terpilih menjadi komandan pasukan karena kepiawaiannya dalam militer.

Setelah Taliban jatuh, pria berjanggut ini meninggalkan Afghanistan dan ditangkap di Malaysia pada 2004 oleh dua agen CIA. Dilansir kantor berita Associated Press, ia sempat disiksa selama beberapa hari di Thailand sebelum akhirnya dikembalikan ke Libya.

Di negara berbendera satu warna ini, Belhaj dimasukkan penjara isolasi selama enam tahun. Juru bicara CIA menolak memberi komentar tentang penyiksaan tersebut, namun hal ini makin menguatkan anggapan bahwa dunia Barat mulai menaruh perhatian pada peran Belhaj yang cukup besar.

Ia dibebaskan dari penjara Abu Salim milik rezim Moammar Khadafi tahun lalu, dan berunding dengan beberapa perwakilan rezim Khadafi untuk memperoleh kebebasan. Dalam sebuah wawancara, Belhaj menegaskan bahwa kelompoknya kini berfokus pada usaha pembebasan Libya dari rezim Khadafi. Hal ini terlepas dari fakta bahwa kelompok jihadnya pernah terkait dengan Taliban di masa lalu.

"Kini kami berfokus pada Libya, dan hanya Libya," ujarnya. "Tujuan kami adalah untuk menolong rakyat Libya. Kami tidak berpartisipasi dalam aksi apa pun di luar negara kami. Kami tak terhubung dengan Al-Qaeda, dan tak akan pernah. Agenda kami berbeda, karena pertempuran global tak termasuk di dalamnya."

Disinggung mengenai pengalamannya di penjara selama enam tahun, Belhaj mengaku tak ingin membalas dendam, walau menurut dia sempat sangat sulit. "Sekarang kami di Libya, dan kami mengharap masa depan yang damai. Saya tak menginginkan adanya balas dendam," katanya dalam bahasa Arab yang tertata.

Namun demikian, ia tak akan keberatan melihat para penyiksanya diseret ke jalur hukum. "Jika suatu hari memang ada jalur hukum yang bisa ditempuh, saya mau saja melihat mereka dibawa ke meja hijau," ujarnya.

Kini, fokusnya adalah menemukan Khadafi dan menghentikan tindak kekerasan yang terjadi di Libya. "Kami harap tak akan ada pertumpahan darah atau penghancuran properti umum dalam usaha kami meraih perdamaian," tuturnya. Ia juga mengimbau para pendukung rezim Khadafi untuk menyerah. (art)

Sumber: CNN, Associated Press

Panglima Militer Israel Tegaskan Negaranya akan Membalas Serangan Iran
Bunda Corla

Sering Pikirkan Kematian, Bunda Corla Galau Mau Dimakamkan di Jerman Atau Indonesia

Di usia yang sudah tidak muda lagi, Bunda Corla mulai memikirkan soal kematian. Apalagi, wanita 49 tahun itu hidup sendirian di Jerman dan belum ada niatan ke Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
16 April 2024