Wanita Myanmar Dikawin Paksa di China

Lemahnya perlindungan hukum, baik dari sisi undang-undang maupun penegakan hukum membuat kasus-kasus kejahatan seksual terus berulang.
Sumber :
  • VIVAnews/Adri Prastowo

VIVAnews - Sulitnya kehidupan di Myanmar memaksa para orangtua menjual putri mereka untuk dikawinkan paksa dengan lelaki di China. Tidak jarang, para wanita malang masih berusia belasan, bahkan anak-anak.

Salah satu korbannya adalah Aba. Dia mengaku meninggalkan kampungnya, dijual oleh orangtuanya untuk dinikahkan dengan seorang lelaki di Provinsi Yunnan, China. Selama tiga tahun, sebelum akhirnya dia berhasil kabur, Aba mengaku mengalami penyiksaan fisik dan mental. Dia merasa tidak ubahnya binatang ternak, ayam atau babi.

"Saya dijual seharga 20.000 Yuan (Rp26 juta). Saya terlalu muda untuk menikah saat mereka membeli saya, kemudian mereka mengatakan bahwa saya harus menikah dengan putra mereka," ujar Aba, dilansir dari laman Telegraph, Minggu, 4 September 2011.

Aba adalah salah satu contoh beruntung dari puluhan wanita Myanmar yang diculik atau dipaksa dijual di pasar gelap China. Sebagian besar wanita dari Myanmar yang dijual sebagai pengantin di China tidak berakhir dengan bahagia. Mereka menghadapi kehidupan yang penuh dengan kesengsaraan dan kehinaan. Beberapa akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.

Tidak ada data pasti jumlah korban pernikahan paksa ini. Salah satu penyebab peristiwa ini adalah semakin sedikitnya jumlah wanita di China akibat kebijakan satu anak yang diterapkan pemerintah selama 30 tahun. Selain itu, tradisi keengganan memiliki anak wanita juga menyumbang tragedi ini.

Menurut Akademi Sosial China,  saat ini 120 anak laki-laki lahir di Cina untuk setiap 100 anak perempuan. Hal ini berarti pada tahun 2020 terdapat sekitar 24 juta laki-laki China tidak akan mampu untuk menemukan istri.

"Kebijakan satu anak telah memiliki dampak yang cukup besar terhadap ketidakseimbangan demografis, situasi ini menjadikan wanita sebagai komoditas atau permintaan (demand). Kadang-kadang, permintaan dipenuhi oleh calo perkawinan yang sah. Terkadang juga melalui cara ilegal," kata David Feingold, KoordinatorInternasional untuk HIV/AIDS dan Perdagangan UNESCO Bangkok.

Myanmar saat ini menjadi sumber utama pengantin paksa di China. Hal ini terutama disebabkan oleh kemiskinan dan kelaparan yang melanda rakyat Myanmar di tengah represi pemerintahan junta yang otoriter. Para pedagang maupun orangtua dapat dengan mudah mengelabui para wanita dengan iming-iming harta.

Harga untuk seorang wanita berkisar antara 6.000 hingga 40.000 Yuan (Rp8 - 53 juta), tergantung dari usia dan penampilan mereka. Menurut Asosiasi Perempuan Kachin Thailand, LSM perlindungan wanita Myanmar, sekitar 25 persen dari perempuan yang dijual di Cina berumur di bawah 18 tahun. (umi)

Sopir Truk Penyebab Kecelakaan di GT Halim Terancam 4 Tahun Bui
Tarisland

Tarisland Superstars: Kemegahan dan Antisipasi di Puncaknya

Kini, official Tarisland semakin meningkatkan kegembiraannya dengan diumumkannya event Tarisland Superstar, sebuah langkah yang telah menciptakan kehebohan pada komunitas

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024