- dok. Corbis
VIVAnews - Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat belum bisa mengkonfirmasi kebenaran kematian Moammar Khadafi di Libya. Namun, jika hal ini benar, maka akan menjadi berita baik bagi rakyat Libya.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, dalam kunjungannya ke Afganistan, Kamis 20 Oktober 2011. Sebelumnya, memang Clinton berharap Khadafi dapat segera tertangkap agar situasi Libya membaik.
"Jika benar Khadafi terbunuh, maka berita ini akan menjadi kelegaan besar bagi rakyat Libya," kata Clinton, dikutip dari Fox News.
Memang belum ada konfirmasi resmi mengenai kematian Khadafi, namun foto-foto dan video menunjukkan Khadafi yang telah menjadi mayat. Baik Kemlu AS dan NATO belum berani mengkonfirmasikan kebenarannya.
Sebelumnya awal pekan ini, Clinton mengatakan berharap agar Khadafi dapat tertangkap atau terbunuh. "Kami berharap dia bisa tertangkap atau segera terbunuh agar tidak ada lagi yang takut akan dirinya," kata Clinton.
Amerika Serikat adalah salah satu negara koalisi yang turut menyumbang runtuhnya pemerintah Khadafi. Bersama-sama dengan NATO, AS dan negara koalisi menerapkan resolusi Dewan Keamanan PBB tahun 1979 tentang zona larangan terbang di Libya sejak Maret lalu.
Dilaporkan, per Juni lalu, operasi AS di Libya menghabiskan dana hingga US$800 juta atau sekitar Rp6,8 triliun. Besarnya anggaran ini menuai kecaman dari anggota parlemen yang mempertanyakan keputusan Barack Obama mengirim pasukannya ke Libya.