- REUTERS/Sukree Sukplang
VIVAnews - Baru dua bulan menjabat sebagai Perdana Menteri Thailand, Yingluck Shinawatra sudah menghadapi ujian berat. Bersama para pejabatnya, Yingluck harus berpikir keras menghadapi banjir terburuk yang melanda negerinya dalam setengah abad terakhir.
Kalangan jurnalis memperhatikan saat berpidato mengenai masalah banjir, suara Yingluck terdengar bergetar. Maka, ada wartawan yang bertanya apakah dia menangis menyaksikan kesusahan rakyatnya, yang harus meninggalkan rumah dan pekerjaan mereka untuk sementara waktu karena tak kuasa menahan banjir.
Namun, Yingluck mencoba tetap tegar. "Tidak, saya belum pernah menangis dan tidak akan. Saya akan tetap kuat untuk memecahkan masalah ini bagi rakyat Thailand," kata Yingluck dalam jumpa pers terkini, seperti dikutip kantor berita Reuters, Kamis 27 Oktober 2011.
"Kini kita sesegera mungkin harus membiarkan air banjir menuju laut dan perlu segera membuat rencana rehabilitasi," kata Yingluck, yang sebelumnya juga mengutarakan bahwa banjir di sebagian ibukota Thailand, Bangkok, bisa berlangsung hingga sebulan.
Maka, dia meminta penduduk Bangkok untuk berlindung ke tempat aman. Pemerintah pun menetapkan libur selama lima hari agar penduduk ibukota Thailand itu punya waktu untuk mengungsi karena banjir sudah merendam banyak tanggul sehingga kian meninggi.
Penduduk Bangkok hari ini mulai berbondong-bondong ke luar kota. Jalan-jalan utama ke luar Bangkok macet. Terminal bus, kereta, dan bandar udara Suvarnabhumi dipenuhi para calon penumpang.
Bagi Thailand, ini merupakan banjir terparah dalam setengah abad terakhir. Sejak pertengahan Juli lalu, bencana di kawasan utara dan tengah Thailand ini telah menewaskan 373 jiwa dan berdampak bagi 2,5 juta warga. (umi)