- REUTERS/Jason Reed
VIVAnews - ASEAN menyambut baik keputusan Presiden AS, Barack Obama, yang mengutus Menteri Luar Negeri Hillary Clinton ke Myanmar Desember mendatang. Dengan demikian Clinton akan menjadi Menlu AS pertama ke Myanmar dalam kurun lebih dari 50 tahun terakhir.
Kunjungan ini merupakan terobosan bersejarah mengingat AS selama ini gencar mengritik Myanmar, yang juga anggota ASEAN, soalnya buruknya penegakan HAM dan pemasungan politik atas pejuang demokrasi, Aung San Suu Kyi.
Pujian ASEAN atas langkah Obama tersebut diutarakan Sekretaris Jenderal Perhimpunan Negara Asia Tenggara itu, Surin Pitsuwan. Dia juga mengatakan bahwa rencana mengirim Menlu AS ke Myanmar juga dipandang sebagai bentuk keberhasilan ASEAN dalam mendorong perubahan dan demokratisasi di Myanmar, yang juga disebut Birma.
"Kami menyambut baik perkembangan tersebut. Ini seolah memastikan (keberhasilan) startegi yang selama ini dimainkan ASEAN selama ini," kata Surin di sela-sela rangkaian KTT ASEAN dan KTT Terkait di Nusa Dua, Bali, hari ini.
"Kami mendorong, membawa pesan dari seluruh dunia kepada pemerintah Myanmar. Dunia ingin melihat evolusi, perubahan yang konstruktif, positif, terkait upaya rekonsiliasi dan perkembangan politik di Myanmar," lanjut Surin.
Mantan menteri luar negeri Thailand itu juga mengatakan perubahan yang terjadi di Myanmar memang lama. Itu karena pemerintah Myanmar ingin memastikan perubahan yang terjadi tidak dapat kembali seperti dulu (Irreversible).
Kedatangan Clinton ke Myanmar, lanjutnya, akan menjadi promosi yang baik bagi negara tersebut di mata PBB dan Uni Eropa. Namun Surin tidak tahu apakah dengan kunjungan tersebut akan berujung pada penarikan sanksi AS atas myanmar. "Pengiriman Clinton akan membuka ruang lebih luas bagi Myanmar," tegas surin.
Peluang Bersejarah
Sebelumnya, menurut kantor berita Reuters, Obama menyatakan bahwa pengiriman Menlu Clinton untuk mengunjungi Burma dan bertemu dengan tokoh-tokoh di sana adalah "peluang bersejarah bagi kemajuan."
Menurut Obama, Clinton di Myanmar akan bertemu dengan pemerintah setempat bagaimana AS bisa mendukung transisi yang positif di negara itu sekaligus memulai babak baru bagi hubungan kedua negara.
Obama pun mengaku, untuk kali pertama telah berbicara melalui telepon dengan Suu Kyi, peraih Nobel Perdamaian 1991. Dikenal sebagai pejuang demokrasi, Suu Kyi berkali-kali harus mendekam tahanan rumah oleh junta militer.
Statusnya sebagai tahanan rumah juga memupuskan harapan Suu Kyi, yang sudah menjadi orang bebas, untuk ikut pemilu pertama dalam kurun 20 tahun terakhir di Myanmar. (umi)