Di Indonesia, Siswa Amerika Belajar Jam Karet

Dubes AS Scot Marciel (tengah) bersama para pelajar Indonesia
Sumber :
  • VIVAnews / Renne Kawilarang

VIVAnews - Ada dua pelajaran menarik bagi Andrew dan Nathan, dua pelajar asal Amerika Serikat yang sedang menetap di Indonesia. Salah satunya adalah budaya "Jam Karet."

"Ya, betul, jam karet. Awalnya kami kaget dengan perilaku itu. Tapi lama-lama sudah terbiasa," tutur Nathan sambil tertawa.

Cerita Unik Muzakki Ramdhan Tentang Menyatu dengan Reza Rahadian di Film Siksa Kubur

"Saya terkadang ikut-ikutan budaya jam karet. Tergantung situasi, kalau ada acara penting saya usahakan tepat waktu, sedangkan kalau ada janji berkumpul dengan teman pasti berlaku jam karet," timpal Andrew. 

Dia menyadari bahwa jam karet adalah budaya yang tidak bagus untuk dicontoh. "Tapi menyenangkan bisa mengetahui kebiasaan orang di sini," katanya. 

Mereka berdua adalah pelajar SMA asal negara bagian North Carolina, AS, yang sedang mengikuti program pertukaran dengan pelajar Indonesia. Difasilitasi Kedutaan Besar AS bernama program pertukaran YES (Youth Exchange and Study), Andrew dan Nathan masing-masing tinggal bersama keluarga asuh asal Indonesia di Karawang.

"Saya sudah tiga bulan di Karawang untuk tinggal bersama keluarga asuh selama satu tahun. Saya dan Andrew belajar memahami budaya orang Indonesia dan bergaul dengan mereka. Ini sungguh menyenangkan," kata Nathan, yang mulai fasih berbicara bahasa Indonesia. 

Bersama Andrew, Nathan hadir dalam acara makan malam untuk merayakan Hari Thanksgiving di Rumah Duta Besar AS di Jakarta, Senin 28 November 2011. "Hidangan ayam kalkun panggang cukung mengobati rasa kangen saya kepada kampung halaman. Tapi saya dan teman-teman kini sudah terbiasa makan daging rendang ketimbang turkey," kata Nathan.

Pelajaran lain yang mereka dapat selama tinggal di Indonesia adalah lekatnya rasa kebersamaan. "Di tempat kami [AS], orang hanya memperhatikan ruang individu masing-masing. Tapi di sini, rasa kebersamaan itu sangat terasa. Kami jadi biasa bertegur sapa dengan kenalan atau teman saat spontan bertemu di jalan. Bahkan tetangga hingga tukang roti keliling lebih dahulu menyapa saya," kata Andrew.

Dalam program pertukaran YES ini, tidak saja pelajar Amerika yang belajar memahami budaya Indonesia. Pelajar Indonesia pun bisa mengetahui keseharian orang Amerika kebanyakan dengan tinggal bersama mereka.

Inilah yang pernah dialami Malik pada 2009. "Dua tahun lalu saya tinggal bersama keluarga Amerika di Kota Orlando, Florida. Di sana saya juga mengetahui ternyata warga Amerika pun mengenal musim mudik, yang berlangsung pada liburan Thanksgiving maupun Natal," kata Malik, yang kini bekerja dia suatu toko elektronik di sebuah mall di Jakarta.

Dia pun berencana untuk kembali lagi ke Amerika, kali ini berupaya mendaftar ke community college. "Community college merupakan pendidikan alternatif dengan biaya murah. Kita bisa melanjutkan ke perguruan tinggi begitu menyelesaikan pendidikan di community college selama dua tahun. Kredit semester yang kita raih bisa dilanjutkan di universitas," kata Malik.

eSIM Bagian dari Mengurangi Jejak Karbon

Aset Besar

Duta Besar AS untuk Indonesia, Scot Marciel, gembira dengan besarnya minat warga dari kedua negara untuk saling mempelajari budaya dan keseharian di AS dan Indonesia.

Ada yang Aneh dengan Bocah Viral Tabrakkan Chery Omoda E5 di Dalam Mall

"Saya melihat ini merupakan aset yang besar bagi AS dan Indonesia untuk mempererat hubungan di masa depan. Saya percaya bahwa kunci hubungan dua negara kini tidak saja lewat jalur tradisional [antar pemerintah], namun juga melibatkan hubungan antar warga dari dua negara," kata Marciel. 
  
Menurut Kedubes AS, Program Pertukaran Pemuda dan Studi (YES) didirikan pada bulan Oktober 2002 untuk memberikan beasiswa kepada siswa sekolah menengah (15-17 tahun) dari negara-negara dengan populasi muslim yang signifikan, termasuk Indonesia, untuk menghabiskan sampai dengan satu tahun pendidikan akademik di Amerika Serikat.

Siswa YES tinggal dengan keluarga angkat, mengikuti sekolah tinggi, terlibat dalam kegiatan sambil belajar tentang Amerika, memperoleh keterampilan kepemimpinan, dan membantu mendidik Amerika tentang negara dan budaya mereka.

Pada tahun 2007, YES Abroad didirikan untuk memberikan pengalaman serupa untuk siswa AS (15-18 tahun) ke negara-negara yang dipilih YES. Yayasan Bina Antarbudaya, bersama dengan Kedutaan Besar AS di Jakarta, mengelola program YES di Indonesia. Hingga kini lebih dari 500 orang Indonesia telah berpartisipasi dalam program itu.

Nathan Tjoe-A-On

PSSI Tempuh Jalur Tak Normal Supaya Nathan Tjoe-A-On Bela Timnas U-23 Indonesia di Perempat Final

PSSI sedang berusaha mendapatkan izin dari SC Heerenven agar mau kembali melepas Nathan Tjoe-A-On ke Timnas Indonesia U-23 yang berlaga di babak perempat final.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024