Antisipasi China, AS Undang India dan Jepang

Presiden AS, Barack Obama, dan Menlu Hillary Clinton di Bali
Sumber :
  • REUTERS/Jason Reed

VIVAnews - Amerika Serikat mengajak India dan Jepang untuk menggelar pertemuan trilateral pertama bagi ketiga negara tersebut bulan ini. Forum itu dipandang sebagai langkah Washington untuk mengukuhkan kehadirannya di Asia sekaligus mengantisipasi dominannya pengaruh China di kawasan.

Departemen Luar Negeri AS, seperti dikutip Reuters, mengungkapkan bahwa para diplomat senior dari ketiga negara akan bertemu di Washington DC pada 19 Desember 2011. "Pertemuan ini akan menjadi peluang untuk membicarakan secara komprehensif berbagai isu regional di Asia Pasifik," kata juru bicara Deplu AS, Mark Toner.

"Sebagai tiga demokrasi terkemuka di Pasifik, kami menanti tukar pendapat secara produktif dengan India dan Jepang," lanjut Toner. Pertemuan ini merupakan sinyalemen terkini dari pemerintahan Barack Obama dalam menghadapi pengaruh China di Asia Pasifik sekaligus memperkuat aliansi dengan mitra-mitra AS.

Bulan lalu, Obama telah berkunjung ke sejumlah negara di Pasifik, termasuk ke Indonesia untuk mengikuti Konfrensi Tingkat Tinggi AS-ASEAN dan KTT Asia Timur setelah sebelumnya mengumumkan pengerahan 2.500 pasukan Marinir untuk ditempatkan di Australia. Obama pun mengutus Menteri Luar Negeri Hillary Clinton ke Myanmar di awal Desember ini.

Kunjungan Clinton itu merupakan lawatan pertama bagi Menlu AS ke Myanmar dalam kurun lebih dari 50 tahun terakhir. AS berkepentingan mendekatkan diri dengan Myanmar, negara yang kaya sumber daya alam dan juga merupakan sekutu strategis bagi China.

Menurut kalangan pengamat, intensifnya manuver dari Washington itu menandakan kian besarnya kepentingan AS di Asia Pasifik saat mereka mulai mengurangi peran di Afganistan dan Irak. Bagi AS, China kini menjadi kompetitor yang harus diantisipasi.

"China merupakan penggerak strategis utama bagi ketiga pihak [AS, India, Jepang], namun ini menciptakan tren-tren yang telah kita saksikan sekarang," kata Richard Fontaine, pengamat dari lembaga pengkaji kebijakan AS, Center for a New American Security.

2.000 Hewan Ternak Dilakukan Vaksinasi Antisipasi Wabah PMK Secara Gratis

Menurut dia, pertemuan trilateral itu tidak hanya membicarakan masalah nuklir dan perdagangan, namun juga mengantisipasi manuver dari China.

Seperti AS, India dan Jepang juga was-was atas berkembangnya pengaruh China. Didukung pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat dan dua dekade terakhir, China terus memperkuat militernya dan pengaruh politiknya di kawasan Asia Pasifik.

Apalagi China kini bersengketa dengan sejumlah negara tetangga soal batas-batas maritim di Laut China Selatan. Polemik itu dikhawatirkan bisa berujung kepada konflik terbuka yang melibatkan China. 

Fontaine menilai bahwa pertemuan trilateral itu bisa mengundang kegelisahan di Beijing, yang merasa bakal dikeroyok oleh seteru-seterunya. Apalagi China harus bersiap menghadapi transisi kepemimpinan.

Era kepemimpinan Presiden Hu Jintao beserta sejumlah koleganya, termasuk PM Wen Jiabao, akan berakhir. Sesuai tradisi politik Partai Komunis China, para elit politik itu harus menyerahkan tampuk kekuasaan kepada generasi muda, yang kemungkinan akan diemban oleh Wakil Presiden saat ini, Xi Jinping, mulai awal 2013. (eh)

Ternyata Buah Delima Punya Manfaat untuk Sembuhkan Kanker, Benarkah?
VIVA Militer: Pasukan milisi Republik Ossetia Selatan

Bukan Hanya Palestina, Ini 9 Negara yang Belum Diakui Keanggotannya oleh PBB

PBB memiliki anggota sekitar 193 negara. Namun, di luar jajaran negara-negara tersebut, terdapat setidaknya 9 negara yang belum mendapat pengakuan sebagai anggota PBB. 

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024