- Reuters/Phil Noble
VIVAnews - Para pengajar di Cambridge University, Inggris, diinstruksikan untuk tidak langsung berjabat tangan dengan mahasiswa Muslim, karena alasan sensitivitas budaya. Namun, instruksi ini malah disambut dingin para dosen karena membuat mereka merasa canggung.
"Para dosen harus pandai-pandai membaca situasi dan mengingat bahwa tak semua orang suka berjabat tangan," demikian bunyi instruksi, seperti dimuat harian Daily Mail, Rabu 14 Desember 2011. Mahasiswa Muslimah dan mahasiswa berkebutuhan khusus masuk dalam kriteria ini.
Isu sensitivitas budaya disebutkan sebagai penyebab dibuatnya instruksi. Sebagai gantinya, para dosen diperkenankan membuat gestur lain yang lebih ramah dan tidak menyinggung kultur Muslim atau orang berkebutuhan khusus.
Ternyata, banyak dosen yang merasa canggung dan diperlakukan seperti 'orang buangan'. "Ini gila. Kami tahu kapan bisa berjabat tangan dan kapan tak bisa berjabat tangan," protes seorang dosen yang menolak menyebutkan namanya.
"Saya yakin instruksi ini tujuannya baik. Namun para pengajar adalah orang dewasa berpendidikan yang cukup cerdas untuk tahu kapan harus berjabat tangan," kata Sally Hunt, sekretaris jenderal Persatuan Kampus.
Sejak 2009, Cambridge University berusaha membuat mahasiswa Muslimah lebih membaur setelah mengizinkan mereka mengenakan burqa pada waktu wisuda. Secara tradisional, setiap wisudawan diwajibkan menggunakan kemeja putih dan setelan hitam di balik toga.
Peraturan ini diperketat setelah pihak kampus menerima keluhan semakin banyaknya wisudawan yang berpakaian kasual saat prosesi wisuda. Namun, mereka tetap mengizinkan mahasiswa memakai pakaian sesuai ajaran agamanya, semisal burqa.