- http://5magazine.com
VIVAnews - Pemerintah Jepang terus membuka jalur telepon dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan pasca meninggalnya pemimpin Korea Utara, Kim Jong-il. Ketiga negara ini berkoordinasi untuk memantau perkembangan program nuklir Korut yang berkembang di bawah kepemimpinan Jong-il.
Seperti diberitakan oleh laman Nikkei, Senin 19 Desember 2011, Perdana Menteri Yoshihiko Noda melakukan pertemuan dengan badan pertahanan Jepang sesaat setelah pengumuman kematian Jong-il. Dia memerintahkan badan intelijen Jepang untuk mengumpulkan semua informasi mengenai keadaan terbaru di Korut.
Informasi ini selanjutnya akan dibagikan kepada AS, Korsel, China dan negara-negara lainnya. Jika ada sesuatu yang membahayakan dari informasi tersebut, maka negara-negara di kawasan dapat segera mengambil langkah berikutnya.
Demi melakukan pertemuan ini, Noda membatalkan semua agendanya, termasuk sebuah pidato publik. Dia juga akan bertemu dengan badan eksekutif Partai Demokrat untuk membicarakan masalah keamanan.
Sebelumnya, Korea Selatan memerintahkan pasukan militernya di perbatasan untuk siaga penuh, pasca meninggalnya Kim Jong-il. Sampai saat ini tidak ada gerakan-gerakan mencurigakan dari Korut.
Nuklir Korut telah sejak tahun 2006 menunjukkan bahwa mereka memiliki senjata nuklir. Tahun itu pula, Korut berhasil melakukan uji coba nuklir untuk pertama kalinya.
Sebelumnya pada 2003, Korut keluar dari Traktat Non-Proliferasi karena menilai AS tidak memenuhi traktat tersebut. Bersama dengan Iran, Korut adalah negara yang diduga memiliki senjata nuklir dan ditakuti oleh musuh-musuhnya.