- REUTERS / Jason Lee
VIVAnews -- Puluhan ribu demonstran mengibarkan bendera dan berteriak-teriak menuntut pemilihan umum ulang dan sekaligus mengakhiri kekuasaan Vladimir Putin, Sabtu 24 Desember 2011. Ini meningkatkan tekanan terhadap pemimpin Rusia itu, saat dia mencoba untuk memenangkan kembali kursi presiden.
Para pendemo meneriakkan, "Rusia tanpa Putin" dan "Pemilu baru, pemilu baru", menuntut diakhirinya kekuasaan Putin selama 12 tahun, dalam demonstrasi oposisi besar kedua dalam dua minggu di pusat kota Moskow.
"Anda ingin Putin kembali menjadi presiden?" seru novelis, Boris Akunin kepada kerumunan ribuan orang yang langsung serempak menjawab, "Tidak."
Polisi mengatakan, setidaknya ada 28.000 orang berdemo diĀ Prospekt Sakharova -- yang dinamai pembangkang era Soviet Andrei Sakharov. Namun, salah satu penyelenggara aksi, politisi liberal, Vladimir Ryzhkov mengatakan, ada 120.000 orang yang turut serta. Beberapa dari mereka memanjat tiang listrik dan pohon.
"Saya melihat cukup banyak orang untuk mengambil alih Kremlin dan Gedung Putih (kantor pemerintahan) sekarang!" kata blogger antikorupsi, Alexei Navalny -- tokoh oposisi terkemuka.
"Namun ini aksi damai, kami tak akan melakukannya. Belum. Tapi jika penjahat dan pencuri itu melanjutkan aksinya, berusaha menipu kami dengan kebohongan, kami akan mengambil alih kekuasaan. Sebab, kekuasaan adalah milik kita, rakyat!," kata Alexei.
Aksi protes terhadap Vladimir Putin menjalar ke seluruh Rusia akhir-akhir ini. Tanpa mempedulikan pandangan dan paham, puluhan ribu demonstranĀ tumpah ruah di seluruh negeri menuntut diadakannya Pemilihan Umum (Pemilu) ulang.
Dugaan kecurangan pemilu banyak disampaikan oleh panitia pemungutan suara maupun komisi pemilihan umum Rusia. Salah satu bukti kecurangan adalah banyaknya kertas suara yang diduga ditulis oleh satu orang. Disinyalir, ini dilakukan oleh partai berkuasa, United Rusia.
Partai United Rusia sendiri mengalami penurunan terparah semenjak Vladimir berkuasa selama 12 tahun. Padahal, tahun depan, Perdana Menteri Putin berniat menjadi Presiden, sedangkan Medvedev akan menjadi PM. (Reuters) (eh)