Lukisan Kim Jong-il Bertubuh Marilyn Monroe

Foto olok-olok: Kim Jong-il ala Marilyn Monroe
Sumber :
  • Reuters

VIVAnews - Jasad pemimpin Korea Utara, Kim Jong-il, masih terbaring di peti kaca, menunggu pemakaman agung yang akan digelar Rabu 28 Desember 2011. Di tengah duka rakyatnya yang setia, muncul sebuah lukisan yang bakal membuat mereka murka.

Lukisan tersebut bergambar Kim Jong-il bertubuh langsing, bergaun mekar ala Marilyn Monroe. Seekor merpati terbang di atasnya, dan sehelai bulu yang copot tergeletak di atas tanah.

Tragisnya, lukisan itu adalah karya seniman Korea Utara, Song Byeok, yang di masa lalunya mengaku bangga melukis "Pemimpin Tercinta" dalam poster propagandanya. Ia berbalik sikap, saat aparat rezim mengirimnya ke penjara paling terkenal di negara komunis itu. Kelaparan memaksanya melarikan diri.

Kini, pembelot tersebut tinggal di Ibukota Korea Selatan, Seoul. Ia yang dulu bagian dari propaganda, beralih sikap, mengkritik keras pemimpin yang menurutnya membuat negerinya terjebak dalam kelaparan, isolasi, dan keruntuhan ekonomi. "Di hari aku menyelesaikan karya ini, dia meninggal," kata Song, seperti dimuat Reuters, Senin 26 Desember 2011 malam. 

Kematian Kim Jong-il, MENURUT dia, adalah bukti. "Bahwa ia bukan mahluk abadi, namun rapuh, seperti bulu merpati," kata Song. "Saya pikir, akan lebih baik jika ia membuat kondisi Korut membaik dan tak lagi kelaparan sebelum ia meninggal."

Selama berkuasa, Kim  Jong-il, yang meninggal di usia 69 tahun,  menggunakan seni untuk propaganda. Suatu hari, ia bahkan pernah menculik seorang sutradara dan memaksanya membuatkan film untuknya.

Song mengaku belum pernah bertatap muka dengan Kim. Setiap pagi, dia hanya ditugaskan menyerahkan sketsa propaganda yang dimaui pemerintah. "Bagaimana aku yang rakyat biasa bisa bertemu dengan Kim Jong-il? Dia adalah matahari," kata seniman berusia 42 tahun itu.

Song seperti halnya warga Korut lainnya, dulu sangat memuja dan mengabdi pada Kim Jong-il, juga pada ayahnya, pendiri dinasti, Kim Il-sung.

Namun, kelaparan sebagai akibat dari mismanajemen kronis pasca bencana membuyarkan kekagumannya. Setelah diterjang berkali-kali banjir, kondisi Korut saat itu sudah sampai pada titik putus asa.

Pada tahun 2000, Song dan ayahnya yang kelaparan mencoba menyeberangi sungai Tumen ke China, berharap mendapat makanan dari kerabatnya di sana.

Namun, malang, sang ayah terseret arus deras, sementara Song ditangkap dan diseret ke kamp pekerja paksa. Sampai suatu hari, di musim dingin yang membeku, Song tersiksa karena ia dan tahanan lainnya diberi pakaian tipis seperti di musim panas.

Akibatnya, jari-jari tangan kanannya mengalami infeksi dan harus diamputasi, ia juga sakit parah, hampir mati. Akhirnya para penjaga pun melepaskannya.

Setelah itu, Song bertekad ke luar Korut. Pada 2002, meninggalkan ibu dan saudara perempuannya, ia berhasil kabur ke Seoul. Setelah ibunya meninggal, pada 2007 ia membawa serta adik dan keluarga yang lain melarikan diri dengan bantuan seorang broker dari China. "Jika di Korut kami cukup makan, aku tak akan pergi," kata Song.

Meski kehilangan sejumlah jarinya, Song kembali memegang kuas. Sejumlah karyanya menunjukkan gadis-gadis Korut yang bermata cekung dan tersenyum, anak-anak yang terpaksa menggelandang, mengelilingi Kim Jong-il.

Setelah Kim Jong-il tutup usia, anaknya yang berusia sekitar 28 tahun Kim Jong-un akan menerima tongkat estafet, sebagai generasi ketiga yang bakal memimpin Korut. Namun, Song belum berencana untuk melukisnya. "Ia masih terlalu muda," kata Song.

Bakal Stop Beroperasi di Medan, SPBU Shell: Terima Kasih Buat Semua Pelanggan Setia Kami
VIVA Militer: Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir

Atasi Masalah Kepadatan di Penjara, Israel Usulkan Hukum Mati Tahanan Palestina

Menteri Keamanan Israel, Itamar Ben-Gvir mengatakan bahwa menerapkan hukuman mati kepada tahanan Palestina adalah solusi tepat untuk mengatasi masalah kepadatan penjara.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024