- Reuters/Brendan McDermid
VIVAnews - Dewan Keamanan (DK) PBB merampungkan pembahasan rancangan teks resolusi terhadap Suriah dalam rapat di New York, Kamis malam waktu setempat. Resolusi itu selanjutnya harus disahkan melalui pemungutan suara (voting), yang dibayang-bayangi ancaman veto dari Rusia.
Duta Besar Pakistan untuk PBB, Abdullah Hussain Haroon, kepada Reuters mengatakan ada dua kata dalam redaksi yang akan mengganggu diloloskan amandemen resolusi versi Eropa-Arab tersebut. Jika saja dua kata tersebut disetujui, maka jalan resolusi akan mulus.
"Saya kira kami hampir mencapai sepakat. Saya harap hari ini kami dapat mencapai suara buat dalam mengesahkan resolusi," kata Haroon.
Dua kata yang dimaksud Haroon adalah inti dari resolusi yang diperdebatkan oleh beberapa anggota DK PBB. Dua kata tersebut adalah PBB "mendukung penuh" rencana Liga Arab untuk mendesak Presiden Bashar al-Assad menyerahkan kepemimpinan kepada wakilnya dan menyelenggarakan pemilu bebas.
Rencananya pengambilan suara akan dilakukan beberapa hari lagi, paling lambat hari Minggu. Pernyataan Haroon ini diragukan oleh Duta Besar AS untuk PBB, Susan Rice. Dia mengatakan, bahwa Haroon sangat optimistic. Padahal kenyataannya, resolusi masih sulit diloloskan.
Rusia Menolak
Salah satu hambatannya adalah Rusia dan China yang menentang adanya campur tangan dari luar dalam mengatasi masalah politik dalam negeri Suriah. Rusia bahkan mengancam akan menjatuhkan veto jika DK PBB meloloskan resolusi tersebut.
Selain menolak adanya campur tangan asing di Suriah, Rusia juga khawatir resolusi dapat berujung pada agresi militer dari kekuatan Dewan Keamanan. Kekhawatiran ini tetap disampaikan Rusia, kendati dalam resolusi dituliskan bahwa krisis di Suriah harus diselesaikan dengan damai dan tidak digunakan intervensi militer seperti halnya Libya.
Dalam resolusi dikatakan bahwa ada kemungkinan langkah ketat selanjutnya dalam menghentikan kekerasan di Suriah. Langkah ini bisa berarti penjatuhan sanksi atau embargo, hal ini juga ditolak oleh Rusia. (ren)