- http://www.itnewsafrica.com/2011/06/egyptian-sexual-harassment-campaign-utilises-twitter/
VIVAnews -- Malaysia mendeportasi seorang kolumnis surat kabar berkebangsaan Arab Saudi yang dituduh menghina Nabi Muhammad di akun Twitternya, Hamza Kashgari. Keputusan yang makin mendekatkan pria 23 tahun itu pada hukuman mati.
Juru bicara Kepolisian Malaysia mengungkapkan alasan pengembalian Kashgari. "Penulis asal Saudi dipulangkan ke tanah air pada Minggu pagi," demikian diungkap Telegraph. " Ini adalah urusan internal Arab Saudi, kami tak bisa mengomentari," kata dia.
Sementara, surat kabar The Star mengutip Menteri Dalam Negeri, Hishammuddin Hussein yang mengatakan, Kashgari telah dipulangkan dan hukuman atas dirinya adalah wewenang pemerintah Saudi.
"Malaysia memiliki pengaturan yang telah lama berlaku, bahwa individu yang diinginkan sebuah negara akan diesktradisi," kata dia.
Keputusan negeri jiran memulangkan Kashgari disayangkan para aktivis hak asasi manusia. Sebab, "para ulama Saudi telah menganggap Kashgari murtad, maka ia harus mendapat hukuman berat," kata Christoph Wilcke, peneliti Timur Tengah pada Human Rights Watch.
Apa yang sebenarnya ditulis Kashgari tak bisa diverifikasi. Saat menimbulkan kehebohan, dengan 30.000 komentar yang di antaranya adalah ancaman mati, ia langsung minta maaf dan menghapus tweetnya.
BBC sempat merekam tulisan menghebohkan dalam akun Twitter Kashgari pada Sabtu minggu lalu: "Saya telah mencintai kamu dan saya telah membenci kamu dan banyak ketidakpahaman saya terhadapmu. Saya tidak akan beribadah untuk kamu."
Kambing Hitam
Dalam sebuah wawancara, Kashgari mengaku menjadi "kambing hitam" dari sebuah konflik yang lebih luas. "Saya melihat tindakan saya adalah bagian dari proses menuju kebebasan. Saya menuntut hak saya untuk mempraktekkan hak asasi manusia yang paling dasar -- kebebasan berpikir dan berekspresi," kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Hamza Kashgari ditangkap sesaat setelah dia mendarat di Bandara Internasional Kuala Lumpur Kamis 9 Februari 2012.
Penangkapan itu menimbulkan pertanyaan tentang keterlibatan Interpol. Setelah ada permintaan dari Arab Saudi.
Jago russel dari British charity Fair Trials International mengatakan, Interpol seharusnya tak terlibat dalam kasus "kegamaan". (ren)