Garda Bangsa Minta Myanmar Belajar dari RI

Solidaritas untuk Kelompok Etnis Rohingya, Myanmar.
Sumber :
  • ANTARA/Prasetyo Utomo

VIVAnews - Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Gerakan Pemuda Kebangkitan Bangsa (Garda Bangsa) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menyuarakan kecaman terhadap aksi pembantaian muslim Rohingya, di Myanmar. Seruan itu disampaikan Garda Bangsa kepada Pemerintah Myanmar melalui Kedutaannya di Indonesia.

Dalam pernyataannya, Ketua Umum DKN Garda Bangsa M Hanif Dhakiri didampingi Sekjen Abdul Malik Haramain, menuntut penghentian semua bentuk tindakan kekerasan terhadap etnis minoritas Rohingya. Kekerasan fisik, pengusiran maupun kekerasan simbolik yang dilakukan pemerintah Myanmar akan meningkatkan eskalasi politik, mendatangkan tekanan dunia internasional yang akan menghadirkan sanksi PBB maupun hubungan diplomatik oleh sejumlah negara tetangga Myanmar.

"Ini justru merugikan bangsa Myanmar seluruhnya," katanya dalam pernyataan sikap yang diterima VIVAnews, Selasa 7 Agustus 2012.

Peluang Liverpool Gaet Xabi Alonso Mengecil

Menurut Garda Bangsa, Pemerintah Myanmar bisa belajar kepada bangsa Indonesia yang pernah mengalami konflik entis dan tirani mayoritas. Semuanya dapat diselesaikan dengan musyawarah, pendekatan sosio-budaya dan kemanusiaan. "Sama sekali jauh dari pendekatan kekerasan maupun represif aparat keamanan."

Garda Bangsa juga meminta Pemerintah Myanmar membuka akses yang seluas-luasnya kepada semua pihak yang hendak mengetahui duduk masalah sebenarnya termasuk pengusutan pelanggaran HAM. Baik itu kepada minoritas Rohingya, maupun kepada pihak yang ingin memberikan bantuan kemanusiaan, kesehatan dan pendampingan pasca konflik.

"Mendesak pemerintah Myanmar mengusut tuntas dan menjatuhkan hukuman yang berat kepada semua pihak yang terindikasi melakukan kekerasan dan pelanggaran HAM berat kepada minoritas Rohingya," katanya.

Mereka minta pemerintah Myanmar untuk adil, netral dan tidak berat sebelah dalam menyelesaikan persoalan tersebut sehingga berorientasi nilai-nilai HAM.

Netizen Murka Disebut Suara Paslon 02 Nol: Mungkin Aku yang Dimaksud Angin Tak ber-KTP

Diberitakan sebelumnya, kekerasan antara etnis Buddha dan Muslim di Rakhine sudah berlangsung sejak Juni lalu. Menurut data pemerintah, Muslim Rohingya yang tewas mencapai 77 orang. Namun, para ahli yang dikutip oleh Press TV menunjukkan bahwa korban mencapai 600 orang.

Awal Juli lalu, Amnesty International mengatakan adanya berbagai tindak kekerasan, termasuk pembunuhan dan pemerkosaan, oleh pasukan keamanan Myanmar. Dilaporkan lebih dari 53.000 Muslim Rohingya mengungsi mencari tempat aman.

Pemerintah Myanmar sendiri sudah membantah tuduhan bahwa aparat keamanan mereka menyiksa dan menangkapi pengungsi Muslim Rohingya. Justru, Myanmar mencoba meredakan kekerasan dan konflik di wilayah Rakhine tersebut.

Pemudik Harus Hati-hati, Ada 19 Perlintasan Kereta Api di Brebes Tanpa Palang Pintu 

Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Myanmar Wunna Maung Lwin. Dia mengatakan, pemerintah menerapkan tindakan maksimal untuk menghentikan kekerasan antar etnis di Rakhine.

"Myanmar menolak tuduhan beberapa pihak yang mengatakan bahwa petugas menggunakan kekerasan dan penganiayaan dalam mengatasi keadaan," kata dia sembari menegaskan bahwa tuduhan tersebut bertujuan untuk mempolitisir dan mengarahkan isu di Rakhine sebagai konflik agama. (adi)

Sapi Albino Ko Muang Phet.

Thailand Prime Minister Welcomes Albino Buffalo to Government House

Thailand Prime Minister Srettha Thavisin welcomed an extraordinary visitor at his offices, an enormous white buffalo named Ko Muang Phet.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024