Sumber :
- VIVAnews/Fernando Randy
VIVAnews -
Kaum muslim di Indonesia dianggap memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap pluralisme. Salah satu bukti yang tercermin dengan jelas adalah penggunaan beberapa nama dalam bahasa Sansekerta sebagai identitas diri mereka sehari-hari.
Hal ini dikemukan oleh pendiri Institut Nilai-Nilai Keagamaan dan Kewarganegaraan di AS, Shabbir Mansuri, dalam diskusi bertajuk "Islam in America: A Coversation with Dr. Shabbir Mansuri" pada Rabu malam di Pusat Kebudayaan AS, Jakarta Selatan.
Baca Juga :
Prediksi Liga Arab Saudi: Al Nassr vs Al Fayha
Hal ini dikemukan oleh pendiri Institut Nilai-Nilai Keagamaan dan Kewarganegaraan di AS, Shabbir Mansuri, dalam diskusi bertajuk "Islam in America: A Coversation with Dr. Shabbir Mansuri" pada Rabu malam di Pusat Kebudayaan AS, Jakarta Selatan.
"Saya terkejut ketika banyak orang Indonesia terbiasa menggunakan nama-nama dewa Hindhu seperti Wisnu atau Krisna. Hal yang sama belum tentu dapat diterima dengan baik di kalangan muslim di negara lain," ujarnya di hadapan hadirin.
Menurut dosen pengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Chaider S. Bamualim, hal itu tidak mengherankan karena kaum muslim Indonesia sudah lama menerapkan toleransi terhadap pluralisme, bahkan sejak Indonesia masih berupa kerajaan.
"Salah satu buktinya yaitu ketika pemimpin Kerajaan Mataram, Sultan Agung, tidak mengubah nilai asli masyarakat Indonesia yang sudah lama mengadopsi nilai-nilai Hindu," ungkapnya ketika berbicara dalam diskusi yang sama.
Dalam kesempatan itu Chaider coba meluruskan persepsi mengenai pluralisme yang kerap kali disalahartikan. "Selama ini orang berpikir pluralisme itu berarti pencampuran beberapa kepercayaan menjadi satu. Itu pemahaman yang keliru," tegas Chaider.
Chaider berpendapat pluralisme adalah sistem nilai untuk menerjemahkan perbedaan. "Kaum muslim yang dapat menerima dan menghormati perbedaan yang ada di kehidupan sosial itulah makna sebenarnya pluralisme," katanya.
Kaum muslim Indonesia pun menurut Chaider, sudah terbiasa hidup berdampingan dengan perbedaan yang ada di dalam masyarakat, karena hal tersebut juga termaktub di dalam kitab suci Al Quran. (sj)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Saya terkejut ketika banyak orang Indonesia terbiasa menggunakan nama-nama dewa Hindhu seperti Wisnu atau Krisna. Hal yang sama belum tentu dapat diterima dengan baik di kalangan muslim di negara lain," ujarnya di hadapan hadirin.