Sumber :
- Reuters
VIVAnews -
Pemerintahan Bashar al-Assad akhirnya memberikan akses penyidik PBB untuk menyelidiki penggunaan senjata kimia di Ghouta yang menewaskan 1.700 orang. Namun, Akses ini telat diberikan karena bukti-bukti sudah hancur dibombardir tentara Suriah.
Diberitakan
CNN
, Kementerian Luar Negeri Suriah mengumumkan pada Minggu 25 Agustus 2013 bahwa sudah ada persetujuan antara pemerintah Suriah dan PBB untuk mengirimkan penyidik yang dipimpin Aake Sellstrom ke wilayah Ghouta. Persetujuan ini diperoleh setelah PBB mengirimkan utusan khusus untuk perlucutan senjata, Angela Kane.
Begitu mendapatkan persetujuan, tim penyidik PBB akan menuju lokasi dan melakukan penyelidikan hari ini, Senin 26 Agustus 2013. Ghouta terletak hanya beberapa kilometer dari tempat para penyidik menginap di Damaskus. Awalnya, hanya ada tiga wilayah yang boleh mereka selidiki.
Namun, banyak pihak yang menganggap restu dari Assad ini sangat terlambat. Bukti-bukti residu penggunaan senjata kimia bisa hilang. Belum lagi, tentara Assad terus membombardir lokasi tewasnya ribuan orang tersebut, semakin membuat bukti tersamarkan.
Baca Juga :
PAPDI Rilis Jadwal Imunisasi Terbaru 2024
Hal yang sama disampaikan Menteri Luar Negeri Inggris William Hague yang mengatakan bahwa bukti-bukti sudah hancur jika tim penyidik PBB datang. "Faktanya, banyak bukti yang bisa hancur oleh bombardir artileri. Bukti lainnya bisa hilang dalam beberapa hari dan rusak," ujar Hague.
Penyelidikan Rahasia
Kendati demikian, intelijen AS telah berhasil mengumpulkan bukti-bukti, termasuk sampel-sampel jaringan tubuh korban, beberapa jam setelah serangan 21 Agustus itu terjadi. Saat ini, menurut sumber, bukti-bukti itu tengah dianalisa di tempat rahasia yang aman.
Pejabat AS lainnya mengatakan, bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan melampaui bukti-bukti rekaman kematian korban, baik wanita dan anak-anak.
Berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan intelijen AS, bahwa Assad telah menembakkan senjata kimia untuk membantai rakyatnya. Bukti-bukti ini akan diserahkan kepada Presiden Barack Obama untuk mengambil langkah selanjutnya. (eh)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Hal yang sama disampaikan Menteri Luar Negeri Inggris William Hague yang mengatakan bahwa bukti-bukti sudah hancur jika tim penyidik PBB datang. "Faktanya, banyak bukti yang bisa hancur oleh bombardir artileri. Bukti lainnya bisa hilang dalam beberapa hari dan rusak," ujar Hague.