Laporan Uni Lubis dari Tokyo

Aktivis Anti Nuklir Kecam Bocornya Tanki Air Fukushima

Dr Reiji Takaeshi jelaskan kebijakan energi Jepang pasca tsunami 2011
Sumber :
  • Dokumentasi Uni Lubis
VIVAnews
Mensos Risma Berikan Pesan ke Konten Kreator: Tidak Usah Takut untuk Melangkah!
- Selama pengelolaan tanki air pendingin reaktor dilakukan oleh Tepco, kebocoran akan terus terjadi. "Tepco tidak berpengalaman dalam pengelolaan air," ujar Hideyuki Ban, co-director Citizen's Nuclear Information Center (CNIC), sebuah lembaga swadaya masyarakat yang aktif kampanyekan Jepang bebas energi nuklir.  "Tanki-tanki itu dibangun secara tergesa," kata Ban.

Pemerintah Harus Antisipasi Kebijakan Ekonomi-Politik Imbas Perang Iran-Israel

Pihaknya mendesak pemerintah Jepang segera membentuk lembaga independen yang beranggotakan para pakar untuk mengatasi dampak buruk bagi masyarakat pasca rusaknya pembangkit Fukushima.
Prediksi Premier League: Fulham vs Liverpool


Hideyuki Ban mengatakan hal itu menjawab pertanyaan Uni Z Lubis dari ANTV dalam sebuah diskusi di Japan Press Center di Tokyo, kemarin (3/10). Diskusi diadakan dalam rangkaian agenda The Asia Pacific Journalism Fellowships yang diadakan East West Center (EWC), Hawaii bekerjasama dengan tema pengelolaan dan Ketahanan terhadap bencana. Kegiatan yang diikuti jurnalis dari sembilan negara ini dilakukan bekerjasama dengan Center for Global Partnerships, All-China Journalists Associations dan Japan Foreign Press.

Dua hari ini media internasional termasuk di Jepang kembali menyoroti bocornya air dari salah satu tanki yang dibangun setelah gempa dan tsunami Maret 2011, yang memicu rusaknya pembangkit nuklir Fukushima. Kebocoran kali ini terjadi di pembangkit yang berlokasi di Daiichi.


Laman BBC menyebutkan, sekitar 430 liter air dari tanki pendingin reaktor nuklir bocor dan diperkirakan mencemari laut Pasifik. Air yang bocor diduga mengandung zat radio aktif.


Tepco, Tokyo Electric Power Co., yang mengelola pembangkit nuklir Fukushima menuangkan ribuan ton air ke reaktor agar mereka tetap dingin.


BBC mengutip pejabat Tepco, Masayuki Ono, yang menyatakan permintaan maaf saat mengumumkan kebocoran itu, Rabu lalu. Kebocoran ini diduga disebabkan meluapnya tanki akibat curah hujan setelah badai.


Ketua sekretaris kabinet Yoshihide Suga menyatakan Tepco gagal mengelola kebocoran itu.


Gempa dan tsunami Maret 2011 telah merusak sistem pendingin di pembangkit nuklir itu. Pasca kejadian, 50 pembangkit nuklir di seluruh Jepang dinonaktifkan.


September lalu pemerintah menjanjikan investasi ratusan juta dolar untuk membangun dinding pembeku di sekitar pembangkit guna mencegah kebocoran.


Bahayakan Kesehatan

Selain kekuatiran bocornya air ke laut, air yang tercemar juga merembes ke tanah dan berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat yang hidup di area terdampak. CNIC menduga area terdampak mencapai 26 ribu kilometer persegi. "Sebanyak 7 juta penduduk yang hidup di area terdampak terancam," ujar Hideyuki Ban.


CNIC juga mengutip hasil jajak pendapat secara nasional yang dilakukan koran Asahi Shimbun, Februari 2013. Hasilnya, lebih dari 70 persen respoden menghendaki pembangkit nuklir dihentikan.


Doktor Reiji Takeishi, ekonom dari Tokyo International University mengatakan masyarakat Jepang memang lebih peduli terhadap keberadaan pembangkit nuklir setelah tragedi Maret 2011. 'Konsumsi energi nuklir menurun dalam periode 2010-2012," ujar Takeishi, kepada peserta program EWC, kemarin, di tempat yang sama. Takeishi memaparkan situasi energi di Jepang setelah tragedi yang menewaskan sedikitnya 20 ribu orang.


"Pemerintah Jepang kian peduli mengembangkan energi terbarukan, termasuk energi sinar matahari,". ujar Takeishi. Pasokan energi di Jepang saat ini masih didominasi minyak bumi, disusul batubara dan gas yang antaralain diimpor dari Indonesia.


"Ketergantungan masyarakat di sekitar pembangkit nuklir atas pasokan listriknya masih tinggi. Mengganti sumber energi perlu waktu. Ini yang menjadi pekerjaan mendesak pemerintah," ujar Takeishi.



Laporan Pemimpin Redaksi ANTV, Uni Lubis, dari Tokyo

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya