Timor Leste Tuntut Australia Kembalikan Dokumen yang Mereka Sita

Xanana Gusmao
Sumber :
  • wikimedia.org
VIVAnews - Perwakilan Timor Leste meminta Pengadilan Internasional Keadilan (ICJ) di Den Haag, Belanda, agar memerintahkan Australia mengembalikan dokumen dan data yang disita oleh Badan Intelijen Negeri Kanguru (ASIO) pada tahun 2013. Dokumen dan data yang disita oleh agen ASIO terkait masalah sengketa kasus minyak dan gas di lahan penambangan Greater Sunrise. 

Dilansir dari stasiun berita Australia, ABC News, Selasa 21 Januari 2014, Timor Leste menolak argumen Pemerintah Australia yang menyebut razia tersebut dilakukan atas dasar keamanan nasional. Menurut penasihat Timor Leste,  Eli Lauterpacht, yang turut hadir di ICJ, razia tersebut sudah mencederai kedaulatan negara yang dulunya bekas salah satu provinsi di Indonesia itu.

Lauterpacht menyebut kasus ini merupakan aksi sewenang-wenang sebuah negara yang lebih besar, kuat dan kaya melawan negara kecil, bahkan salah satu termiskin di dunia. 

"Aksi semacam ini tidak mencerminkan tingkah laku sebuah negara yang mematuhi aturan hukum internasional. Perilaku mereka saat ini jelas telah melanggar," ungkap Lauterpacht. 

Budi Gunadi Klaim Berhasil Jadi Menkes Karena Jokowi Tidak Pernah Masuk Rumah Sakit
Lauterpacht menjelaskan kasus yang kini tengah berlangsung sangat sederhana. 

Pilpres 2024 Sudah Selesai, Rosan: Tugas TKN Berakhir, Arahan Prabowo jadi Paguyuban
"Sebuah negara telah mengambil properti milik negara lain dan seharusnya dikembalikan segera dan dalam keadaan utuh," ujarnya. 

Mooryati Soedibyo Meninggal Dunia, Intip Perjalanan Bisnis Mustika Ratu
Dia pun meminta, apabila Australia telah menggandakan dokumen tersebut, maka copy dokumen itu juga wajib dihancurkan. 

Lauterpacht beralasan dengan disitanya dokumen terkait kasus ini, justru merugikan posisi Timor Leste. 

"Tidak diragukan lagi bahwa dokumen itu pasti telah memberikan keuntungan negosiasi yang penting bagi Australia. Jika tidak, kami akan bertanya untuk apa mereka menyita dokumen itu?" lanjut Lauterpacht. 

Skandal Penyadapan

Kasus ini bergulir ke Pengadilan Internasional lantaran Timor Leste tidak puas dengan jawaban Australia soal kasus penyadapan di ruang kabinet mereka, ketika kesepakatan mengenai kerjasama penambangan minyak dan gas berlangsung tahun 2006 silam. Kerjasama bernilai $40 miliar itu sangat berarti bagi Timor Leste, lantaran mereka ingin membangun perekonomiannya dan mengurangi jumlah pengangguran. 

Menurut pengacara Timor Leste di ICJ, Bernard Collaery, pihaknya memiliki bukti kuat bahwa agen intelijen Australia (ASIS) terbang ke Dili menggunakan program dana bantuan renovasi dan konstruksi ruang kabinet. Lalu, mereka memasukkan alat penyadap di dalam dinding ruang kabinet yang dibangun menggunakan dana tersebut. 

Namun, secara tiba-tiba, agen ASIO pada tahun 2013 kemarin mendatangi kediaman Collaery di Canberra dan menyita dokumen terkait sengketa gas dan minyak itu. Agen ASIO turut merazia rumah mantan salah satu agen intelijen mereka yang telah membocorkan aksi penyadapan di tahun 2006 silam. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya