Analisis Teror Sydney Lone Wolf

Tersangka pelaku penyanderaan di Sydney Australia
Sumber :
  • REUTERS/Reuters TV via Seven Network/Courtesy Seven Network
VIVAnews
- Setelah 16 jam yang menegangkan, drama penyanderaan di Lindt Café, Sydney Australia berakhir. Pelaku yang bernama Man Haron Monis tewas setelah polisi anti teror Australia melakukan serangan untuk membebaskan sandera. Haron Monis ternyata bukan anggota kelompok  teroris manapun.


“Dalam teori terorisme, aksi Haron di Lindt Café itu disebut lone wolf terrorism, serangan  oleh individu yang  beraksi tanpa mempunyai afiliasi kelompok teror,” ujar peneliti terorisme UI Ridlwan Habib di Jakarta, Selasa 16 Desember 2014.


Pelaku teror dalam katagori lone wolf biasanya mempunyai masalah kepribadian yang unik dan terinspirasi dari media massa. Apalagi, saat ini di era digital, gampang sekali mendapatkan bahan propaganda melalui internet. 
Teuku Ryan Tegaskan Bukan Hal Ini Penyebab Cerai dengan Ria Ricis


Di Forum Parlemen MIKTA, Puan Ingatkan Krisis di Gaza Berdampak pada Stabilitas Global
“Mereka belajar meneror secara otodidak, biasanya aksinya amatiran, tidak professional dan dilakukan secara spontan dan terburu-buru,” kata alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia itu.

Perkuat Sinergi dan Pertumbuhan Ekonomi, Bea Cukai Jalin Koordinasi dengan Pemerintah Daerah

Ridlwan menyebut, tren lone wolf terrorism di dunia meningkat. Sebelum di Sydney, pada Oktober 2014 ada dua serangan teror di Kanada yang juga dikatagorikan pelakunya seorang “lone wolf”.  Yakni pada 20 Oktober dilakukan oleh Abu Ibrahim al Canadi, dan pada 22 Oktober oleh Michael Zehaf Bibeu yang menembaki tentara di National War Memorial Canada dan Gedung Parlemen Canada.


“Ada juga serangan lone wolf di New York pada  23 Oktober oleh seorang mualaf bernama Zale F Thompson,”katanya.


Berbeda dengan serangan yang direncanakan oleh kelompok tertentu, serangan model “lone wolf” sukar diprediksi dan sulit dicegah. “Ya, karena pelakunya bisa siapa saja. Kalau kelompok teroris kan selalu ada pemantauan intelijen, kalau lone wolf sangat terbuka dilakukan siapapun dimana saja,” kata Ridlwan.


Meski insiden Sydney sudah selesai, Ridlwan menyebut ancaman lone wolf tetap perlu diwaspadai.  Termasuk Kedutaan Besar Australia di Jakarta juga perlu meningkatkan pengamanannya.


“Lokasi-lokasi strategis seperti kedutaan negara asing, hotel yang banyak menerima tamu asing perlu lebih aware atau waspada terhadap pola-pola lone wolf seperti yang dilakukan Haron di Sydney. Perlu ada latihan dan persiapan menghadapi tindakan-tindakan spontan lone wolf yang sukar ditebak,” katanya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya