Benarkah Penerbangan Murah Tidak Aman?

Serpihan AirAsia
Sumber :
  • Capture TvOne

VIVAnews - Pada awal 1980an, maskapai berbiaya rendah (LCC) dipandang sebagai fenomena bisnis yang konyol. Terutama oleh jaringan global atau maskapai umum. Tidak ada yang meyakini LCC akan menjadi sebuah model bisnis sukses.

Laman Airline Profiler dalam laporannya menyebut, sebelumnya tidak ada maskapai yang merasa LCC akan menjadi ancaman atau alternatif serius bagi model bisnis mereka. Tapi kenyataan dalam 30 tahun terakhir berkata lain.

Bisnis LCC menjadi sebuah konsep yang sangat sukses, seiring meningkatnya jumlah penumpang, kapasitas. Banyak maskapai pun mulai bersaing dengan berbagai maskapai yang baru berdiri, untuk menerapkan konsep LCC yang sangat menguntungkan.

Tragedi pesawat AirAsia penerbangan QZ8501 yang jatuh, 28 Desember 2014, memicu kebijakan instan Menteri Perhubungan Indonesia Ignatius Jonan terkait LCC. Penerbangan murah dianggap mengorbankan keamanan.

Benarkah LCC memiliki risiko keamanan lebih tinggi dibandingkan penerbangan dengan layanan penuh (FSC/full service airlines)? Berdasarkan data insiden penerbangan yang dikumpulkan Airline Profiler, ada 818 insiden serius melibatkan FSC antara 2003-2013.

Airbus Juga Bersalah pada Jatuhnya AirAsia QZ8501

Sementara LCC mengalami 112 insiden serius pada periode yang sama. Jadi, apakah LCC berkorelasi dengan risiko keamanan?

Tabel resiko keamanan penerbangan

Badan Pesawat AirAsia Tiba di Jakarta

Setahun Tragedi AirAsia QZ8501 Diperingati di Surabaya

CEO AirAsia Group Tony Fernandes diinformasikan menghadiri acara ini.

img_title
VIVA.co.id
28 Desember 2015