Kisah Tahanan Guantanamo 70 Hari Diperkosa Dua Sipir Wanita

Buku kesaksian tahanan Guantanamo yang diterbitkan dengan banyak sensor.
Sumber :
VIVA.co.id
Kondisi Terkini Chandrika Chika di Tahanan, Usai Jadi Tersangka Kasus Narkoba
- Seorang tahanan di Teluk Guantanamo, Mohamedou Ould Slahi, menerbitkan buku yang menceritakan kisahnya selama berada dalam penjara. Penyiksaan hingga pelecehan yang dialaminya sejak ditahan pada 2002, dituangkan dalam buku itu.

Ada Kesan Anies Baswedan Mulai Ditinggalkan Partai Pendukungnya, Menurut Pengamat

Disebut dalam laporan Daily Mail, Sabtu, 17 Januari 2015, buku itu akhirnya dapat diterbitkan setelah enam tahun pertarungan hukum, karena banyaknya informasi yang dianggap rahasia dalam buku itu.
Bukan dari Palestina, Merry Asisten Raffi Ahmad Ungkap Asal-usul Bayi Lily di Keluarga Andara


Slahi bergabung dengan al-Qaeda di Afghanistan pada 1990an dan bertempur dengan rezim yang didukung Uni Soviet. Ketika itu, CIA berada di balik al-Qaeda. Slahi telah meninggalkan al-Qaeda pada 1992, namun dia ditangkap setelah serangan 11 September 2001.


Isi bukunya yang dikutip media Jerman, Spiegel Online, menyebutkan bagaimana dia dipaksa berdiri dengan posisi yang sama selama 70 hari. "Segera setelah saya berdiri, kedua penjaga wanita melepaskan busana mereka," kata Slahi.


Kedua wanita itu mulai merayunya dengan kata-kata kotor, namun tidak dia pedulikan. "Apa yang paling menyakitkan adalah saat mereka memaksa saya terlihat dalam permainan seksual mereka dalam cara yang paling tidak manusiawi," ucapnya.


Satu penjaga wanita dari arah depan dan lainnya dari belakang, memainkan semua bagian tubuhnya termasuk alat kelamin. Tidak ada yang bisa dilakukannya, kecuali terus melafalkan ayat-ayat suci Alquran.


Kedua wanita itu memerintahkannya berhenti membaca ayat suci dan menyebutnya hipokrit. "Saya menolak berhenti. Setelah itu saya dilarang melakukan salat. Saya juga dilarang berpuasa selama Ramadan, Oktober 2013," kata Slahi.


Pada bukunya yang diberi judul "Guantanamo Diary," Slahi mengatakan hanya mengaku terlibat beberapa plot aksi teror, itu setelah disiksa dan dipaksa untuk mengakuinya. Hingga saat ini dia masih ditahan di Guantanamo.


Serikat Kebebasan Sipil Amerika (ACLU) telah meluncurkan petisi, menyerukan pembebasan dirinya. Namun, pemerintah Amerika Serikat (AS) tampaknya tidak mempedulikan seruan itu. (one)



Simak Juga:



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya