- REUTERS/Jean Robert N'Kengo
VIVA.co.id - Sedikitnya 42 orang dilaporkan tewas dalam aksi protes menentang perubahan konstitusi, yang disebut oposisi akan menunda pelaksanaan pemilu di Republik Demokratik Kongo, Rabu, 21 Januari 2015.
Dilansir dari Reuters, bentrok terjadi di kampus Universitas Kinshasa dan tiga lokasi lainnya di pinggir ibu kota. Di permukiman Matete, saksi mata melaporkan bahwa pasukan keamanan menembakkan peluru tajam pada pemrotes.
Aksi protes berlangsung selama tiga hari berturut-turut, sejak Senin, 19 Januari 2015, dalam upaya mengambilalih parlemen dan menghentikan anggota dewan pro-pemerintah, yang ingin menyetujui perubahan peraturan pemilu.
Perubahan itu akan membuat penyelenggaraan pemilu yang dijadwalkan pada 2016 tertunda, memungkinkan Presiden Joseph Kabila terus berkuasa. Kabila berkuasa saat ayahnya ditembak mati pada 2001, serta memenangkan pemilu pada 2006 dan 2011.
Konstitusi melarang dia menjabat untuk ketiga kalinya. Namun, pemerintah ingin mengubah peraturan pemilu, dan memerintahkan digelarnya sebuah sensus sebelum pelaksanaan pemilu, yang dikhawatirkan bakal menunda pelaksanaan pemilu.
Pemerintah mengklaim sensus hanya butuh waktu setahun, tapi oposisi yakin butuh waktu lebih lama untuk menggelar sensus di Kongo, negara dengan wilayah seluas Eropa Timur yang tidak memiliki infrastruktur dan jaringan komunikasi memadai. (art)
Simak Juga: