Indonesia Sampaikan Duka Cita Wafatnya Mantan PM Australia

Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi
Sumber :
  • Kementerian Luar Negeri RI/Aji M. Soerya
VIVA.co.id
Pelecehan Seksual Bayangi Anak Pengungsi di Australia
- Pemerintah Republik Indonesia menyampaikan turut berduka cita yang mendalam atas wafatnya mantan Perdana Menteri Australia, Malcolm Fraser, pada 20 Maret 2015.

Australia Siapkan Program 5.000 Doktor untuk Indonesia

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi, mengatakan, melalui siaran pers yang diterima VIVA.co.id, mendiang Malcolm Fraser adalah tokoh negarawan yang telah menjadi teladan nilai-nilai multiteralisme, demokrasi, dan kesetaraan dalam sejarah.

“Almarhum (Malcolm Fraser) juga dikenang atas dukungannya terhadap ASEAN (Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara) untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan,” kata Menteri mewakili Presiden Joko Widodo dan rakyat Indonesia pada Jumat, 20 Maret 2015.

“Kami mendoakan agar keluarga yang ditinggalkan dan rakyat Australia diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi suasana kedukaan pada saat ini,” Menteri menambahkan.

Malcolm Fraser dikabarkan meninggal dunia pada 20 Maret 2015 dalam usia 84 tahun. Almarhum meninggalkan seorang istri, Tamie, dan empat anak.

Malcolm Fraser ialah Perdana Menteri ke-22 Australia yang memimpin mulai 1975 saat Australia keluar dari krisis konstitusional terbesar di negeri itu. Fraser ialah politikus Partai Konservatif Liberal, menjabat Perdana Menteri setelah perwakilan Ratu Elizabeth II dari Inggris, memecat pemerintahan Gough Whitlam, pada November 1975.

Dia menjadi anggota parlemen pada 1955 di usia 25 tahun mewakili kursi Wannon. Dia lahir pada 1930 dan dibesarkan di sebuah keluarga penggembala, tetapi memiliki kecenderungan akademis yang cerdas. Dia menjadi lulusan Oxford University.

Fraser diingat atas caranya yang kontroversial untuk berkuasa, bertindak sebagai Perdana Menteri caretaker setelah gubernur jenderal itu memecat pendahulunya, Gough Whitlam, pada 11 November 1975.

Semasa jabatannya, ia mengejar target mengurangi pengeluaran dan manajemen pajak yang dapat dipertanggungjawabkan. Ia juga dikenal sebagai sosok pendukung hak asasi manusia yang mengatur peningkatan imigran asal Asia dan pelestari lingkungan yang melarang perburuan paus di Australia.

Fraser dikenal juga mendorong peningkatan hubungan diplomatik negerinya dengan Asia Timur dan Asia Tenggara sebelum digantikan penerusnya, Bob Hawke dari Partai Buruh. (one)

![vivamore="
Indonesia Ajarkan Australia Cara Tangani Terorisme
Baca Juga :"]




[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya