Oposisi Tuntut Penjelasan Abbott soal Data G20 yang Bocor

Perdana Menteri Australia, Tony Abbott dan Presiden Rusia, Vladimir Putin
Sumber :
  • REUTERS/David Gray
VIVA.co.id
Pelecehan Seksual Bayangi Anak Pengungsi di Australia
- Wakil Pemimpin kelompok oposisi Australia, Tanya Plibersek, menyerukan Perdana Menteri Tony Abbott untuk menjelaskan kepada publik Negeri Kanguru mengapa para pemimpin justru tidak diinformasikan mengenai penyebarluasan data pribadi yang dilakukan secara tidak sengaja. Data pribadi ke-31 pemimpin internasional yang hadir di KTT G20 di Brisbane tahun lalu, secara tidak sengaja malah terkirim ke penyelenggara turnamen sepakbola Piala Asia.

Australia Siapkan Program 5.000 Doktor untuk Indonesia

Harian Inggris,
Indonesia Ajarkan Australia Cara Tangani Terorisme
The Guardian , Senin, 30 Maret 2015 melansir reaksi Plibersek yang menganggap pelanggaran ini sebagai sesuatu yang serius.

"Perdana Menteri dan Menteri Imigrasi harus menjelaskan peristiwa serius dan keputusan mereka untuk tidak menginformasikan mengenai hal ini kepada para pemimpin," ujar Plibersek.


Aturan di dalam hukum yang mewajibkan perusahaan telekomunikasi untuk menyimpan beberapa jenis data ponsel dan situs selama dua tahun, memunculkan kekhawatiran mengenai kemampuan penjagaan data pribadi yang dilakukan perusahaan dan badan pemerintah dalam mengelola data.


Anggota parlemen dari Partai Greens, Sarah Hanson-Young, justru kian meragukan kemampuan pemerintah terkait pengelolaan data.


"Baru pekan lalu pemerintah menyerukan kepada warga Australia untuk mempercayai mereka dengan data-data
online
dan kini kami mengetahui bahwa mereka telah mengungkap detail mengenai para pemimpin dunia," ujar Young.


Young menambahkan, perbuatan yang diklaim dilakukan secara tidak sengaja itu justru malah kian memperlihatkan adanya inkompetensi pemerintah. Sementara, Young menambahkan, Departemen yang seharusnya mengelola data paling besar di Negeri Kanguru, malah melakukan pelanggaran privasi.


Di bulan Februari 2014, The Guardian mengungkap badan tersebut juga secara tidak sengaja mengungkap data pribadi hampir 10 ribu orang di rumah detensi di sebuah file publik di situs. Kebanyakan dari orang di rumah detensi tersebut merupakan pencari suaka.


Informasi mengenai bocornya data pribadi itu, kali pertama diketahui dari surat elektronik yang dikirimkan oleh Direktur Layanan Visa Departemen Imigrasi dan Perlindungan Perbatasan Australia ke Komisioner Privasi Australia. Surel itu kemudian bisa diperoleh media.


"Di dalam informasi personal yang dilanggar terdapat nama, tanggal lahir, gelar, kewarganegaraan, nomor paspor, nomor visa yang dikabulkan dan kelas pengelompokan visa yang bagi pemimpin internasional (Perdana Menteri, Presiden dan posisi lain yang sejajar) menghadiri pertemuan tingkat tinggi KTT G20," tulis
The Guardian
dalam laporan mereka Senin kemarin.


Data pribadi yang bocor secara tidak sengaja milik beberapa pemimpin antara lain, Presiden Joko Widodo,  Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, Presiden Rusia, Vladimir Putin, Kanselir Jerman, Angela Merkel, Presiden Tiongkok, Xi Jinping, Perdana Menteri India, Narendra Modi, PM Jepang, Shinzo Abe, dan PM Inggris, David Cameron.



![vivamore="
Baca Juga
:"]





[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya