India Bangun 'Kota Pintar' Pertama

Pembangunan kota pintar pertama di India.
Sumber :
  • REUTERS/Amit Dave
VIVA.co.id
Hadapi Pendemo, India Siapkan Ketapel Cabai
- India memperlihatkan keseriusan untuk mengakomodasi populasi urban, serta menarik masuknya investasi melalui pembangunan "kota pintar", seperti yang sedang dibangun pada tepi Sungai Sabarmati di barat India.

Mengenalkan Kota Cerdas Lewat Kompetisi 'Game'

Dikutip dari
Jangan Asal Pilih Lensa Kontak, Bisa Sebabkan 5 Masalah Serius Ini
Reuters , Rabu, 15 April 2015, sebelum terpilih sebagai perdana menteri dalam pemilu 2014, Narendra Modi berjanji membangun 100 kota pintar hingga 2022, bagian dari ambisinya menarik banyak investasi.

Masuknya investasi akan membuka banyak lapangan kerja, menyelesaikan persoalan di masa kini, sekaligus mewujudkan kemajuan India pada masa depan. Orang India beruntung, karena Modi tidak sekadar mengeluarkan janji.


Menghabiskan biaya total sekitar US$1 triliun atau Rp13.000 triliun, menurut para konsultan KPMG, kota pintar pertama mulai dibangun dengan infrastruktur bawah tanah, serta dua blok perkantoran.


Rencana pembangunan adalah mewujudkan sebuah kota metropolitan, lengkap dengan menara-menara pencakar langit, jaringan pipa air minum, pengumpul sampah otomatis, juga jaringan internet berkecepatan tinggi.


Populasi masyarakat urban di India akan mengalami lonjakan lebih dari 400 juta orang, menjadi 814 juta pada 2050, sehingga pembangunan perkotaan menjadi tuntutan yang mendesak bagi negara itu.


"Banyak kota-kota di India, belum direncanakan terintegrasi seperti itu," kata Jagan Shah, yang membantu pemerintah India menentapkan panduan pembangunan.




Untuk mewujudkan ambisi Modi, langkah awal melibatkan pembangunan komunikasi dan infrastruktur yang berkualitas, melalui pembangunan kota pintar pertama di luar kota Gandhinagar, ibu kota negara bagian Gujarat.


Kota yang akan dinamakan GIFT (Gujarat International Finance Tech-City) itu, akan dijadikan model bagi masa depan India. Untuk pembangunan, India mengalokasikan 60 miliar rupee atau US$962 juta, dalam anggaran tahunan pemerintah federal.


Selama ini, menurut Jagan Shah, tantangan yang dihadapi adalah kurangnya pakar-pakar, yang dapat membuat proyek besar itu terwujud, serta menarik bagi sektor swasta.


"Untuk membuat swasta terlibat, ada banyak risiko mitigasi yang harus terjadi, karena tidak ada yang menginginkan proposisi berisiko," kata Jagan, menegaskan perlunya perencanaan terperinci.


GIFT akan dijadikan sebagai pusat keuangan, untuk menyaingi pusat keuangan dunia yang telah ada saat ini seperti Dubai dan Singapura. Diharapkan untuk menjadi solusi persoalan urban di India yang semakin meningkat.


Pada kota-kota seperti Mumbai, kemacetan lalu lintas dan buruknya infrastruktur, juga kurangnya fasilitas seperti lahan parkir dan transportasi publik, menjadi persoalan rumit untuk diselesaikan.


Beberapa pihak masih merasa skeptis, menganggap pembangunan kota-kota baru bukan jawaban bagi persoalan. Di antaranya Shirish Sankhe, direktur perusahaan konsultan McKinsey and Company, India.


Sankhe beranggapan, menyelesaikan tantangan urbanisasi harus dengan melihat pada kota-kota yang telah ada. Menurut dia, membangun kota baru, hanya akan jadi bagian kecil dari solusi. (art)

![vivamore="
Baca Juga
:"]



[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya