Italia Minta Eropa Bersatu Cegah Migran Lewati Jalur Laut

Kapal migran dari Libya tiba di Italia
Sumber :
  • REUTERS

VIVA.co.id - Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi akan menindaklanjuti masalah migran lewat laut di Uni Eropa. Hal ini, menyusul tenggelamnya kapal di Mediterania yang menyebabkan ratusan migran tewas.

Dilansir BBC, Senin 20 April 2015, pada tahun ini saja, tercatat ada 1.500 migran tewas tenggelam saat ingin menyeberang laut. Baru-baru ini, ada 700 migran lagi yang tenggelam bersama kapal yang ditumpangi mereka. Dari ratusan, hanya 28 orang yang berhasil diselamatkan.

Menanggapi hal ini, Renzim menuntut kerja sama dan solidaritas Eropa untuk memerangi perdagangan manusia. Dia menyebut, perdagangan ini sebagai 'wabah di benua Eropa'.

Maju sebagai Capres Libya, Ini Kontroversi Saif al-Islam Gadaffi

Menurutnya, para penggiat penyelundupan manusia telah mengambil keuntungan dari krisis politik di Libya, untuk membawa banyak migran (dari negara Afrika dan Timur Tengah) melalui kapal.

Peristiwa terakhir yang menyebabkan 700 orang tenggelam melibatkan kapal berukuran panjang 20 meter. Kapal sekecil itu dianggap tidak mampu melawan ganasnya laut di Eropa. Komisi di PBB yang mengurusi para pengungsi, UNHCR, menganggap peristiwa itu sebagai pemakan korban migran paling banyak.

"Masalah utamanya adalah 90 persen para migran ingin ke Italia lewat jalur laut. Perahu penyelamat bukanlah isu yang menyebabkan mereka tenggelam. Tugas kita untuk mencegah mereka (para imigran) adalah mencegah mereka berlayar," ujar Renzi.

Beberapa politisi Italia menyerukan blokade laut, namun Renzi mengatakan bahwa langkah ini akan membantu penyelundup, karena akan ada lebih banyak kapal untuk menyelamatkan migran.

Para pemimpin Eropa pun mendukung langkah Renzi. Presiden Prancis Francois Hollande, menyerukan 'pertempuran' besar terhadap perdagangan manusia di Eropa.

Mengejutkan, Putra Gaddafi Daftarkan Diri Jadi Capres Libya

Sementara PM Malta, Joseph Muscat, mengatakan Eropa dan masyarakat internasional akan dinilai oleh sejarah, jika mereka terus 'menutup mata' untuk nasib migran.

Dalam sejarahnya, tenggelamnya para migran berlangsung sejak 2013 lalu, tepatnya pada Oktober. Kala itu, 360 orang, kebanyakan dari Eritrea dan Somalia, tenggelam di Lampedusa. (asp)

Perdana Menteri Libya Abdulhamid al-Dbeibah di Tripoli, Libya, 21 November 2021

Mobilnya Dihujani Peluru, PM Libya Lolos dari Upaya Pembunuhan

Penembakan terjadi di tengah pertikaian sengit antarkelompok menyangkut kendali kekuasaan pemerintah. PM Libya lolos tanpa cedera dari upaya pembunuhan terhadapnya.

img_title
VIVA.co.id
10 Februari 2022