Perekrut Terpidana Mati Mary Jane Menyerahkan Diri ke Polisi

Poster bergambar wajah terpidana mati Mary Jane Veloso
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta
VIVA.co.id
Menko Luhut Minta Soal Eksekusi Mati Tak Perlu Diumbar
- Perekrut terpidana mati narkoba asal Filipina, Maria Kristina Sergio, dilaporkan menyerahkan diri kepada polisi di wilayah Nueva Ecjia pada hari ini. Sergio menyerahkan diri karena ingin meminta perlindungan.

Fokus Pembangunan, Eksekusi Mati Tahap Ketiga Ditunda

Laman
Jaksa Agung Belum Pikirkan Eksekusi Tahap 3
Rappler, Selasa, 28 April 2015 melansir, informasi tersebut diperoleh dari juru bicara Kepolisian Provinsi Nueva Ecija (NEPPO), Kepala Inspektur Avelina da Guzman. Menurut da Guzman, Sergio meminta perlindungan karena kerap diancam akan dibunuh.

"Dia menyerahkan diri secara sukarela dengan mendatangi kantor polisi dengan alasan keamanan," kata dia.


Biro Investigasi Nasional mengatakan telah mengajukan dakwaan perekrutan tenaga kerja secara ilegal dan perdagangan manusia terhadap Sergio. Mereka juga mengajukan dua dakwaan hukum lainnya terkait dengan kasus Mary Jane Veloso.


Pemerintah Indonesia menjatuhi hukuman mati kepada buruh migran berusia 30 tahun itu, karena terbukti menyelundupkan narkoba di dalam kopernya. Namun, Veloso kerap berdalih dan menyebut dia dijebak oleh Sergio. Sergio yang disebut memasukkan 2,6 kilogram heroin ke dalam tas yang dia bawa menuju ke Indonesia.


Sekretaris Kabinet, Andi Widjajanto, mengaku telah diberikan informasi mengenai perekrut Veloso yang menyerahkan diri ke polisi.


"Kami telah diinformasikan oleh LSM Migrant Care mengenai berita ini dan mungkin ada bukti baru seperti perekrut telah menyerahkan diri. Tetapi, tentu, kami harus mengecek dulu kebenarannya," kata Andi.


Tetapi, apakah bukti baru ini dapat menghindarkan Veloso dari eksekusi mati? Andi menyebut hal itu tergantung dari hasil konfirmasi dan implikasinya terhadap proses hukum.


Pengacara Sergio, Edre Olalia mengatakan, yang dilakukan oleh kliennya terkait dengan kewajiban moral di menit-menit terakhir eksekusi Veloso.


"Mungkin saja ini sesuatu yang bisa kami lakukan di menit-menit terakhir dan agar Presiden Indonesia serius menanggapi tuduhan ini," ujar Olalia.


Paling tidak hal yang bisa dilakukan oleh Sergio, dia menambahkan, yakni menyebut Veloso tidak bersalah.


"Jika Presiden Joko Widodo tetap pada keputusannya (untuk mengeksekusi mati), justru malah membenarkan kalau Veloso bersalah," kata Olalia.


Berdasarkan pengakuan Veloso, Sergio merupakan orang yang menawarkan pekerjaan ke Malaysia. Tetapi, Sergio meminta agar Veloso pergi ke Indonesia terlebih dulu sambil membawa koper yang telah mereka belikan.


"Sergio memberikan saya sebuah amplop cokelat dan di dalamnya terdapat uang senilai US$500 atau setara Rp6,4 juta dan tiket pesawat Air Asia. Dia mengatakan kepada saya, kalau saya harus pergi ke Indonesia selama tujuh hari untuk berlibur," papar Veloso dan dikutip
Rappler.


Begitu tiba di Indonesia, Veloso melanjutkan, Sergio meminta untuk menghubungi temannya sekitar pukul 08.30. Menurut pengakuan Veloso, saat tiba di bandara dan petugas memeriksa tasnya, ditemukan heroin. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya