Kemlu: Tidak Ada Ancaman ke KBRI Usai Eksekusi Mati

Perdana Menteri Australia, Tony Abbott dan Presiden Joko Widodo
Sumber :
  • REUTERS/G20 Australia/Handout via Reuters
VIVA.co.id
Australia Siapkan Program 5.000 Doktor untuk Indonesia
- Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, menepis adanya ancaman yang diterima oleh perwakilan Indonesia di beberapa negara tertentu yang warganya dieksekusi. Kendati begitu, Arrmanatha mengakui memang ada beberapa aksi unjuk rasa yang dilakukan sekelompok warga di depan perwakilan RI di Australia.

Indonesia Ajarkan Australia Cara Tangani Terorisme

Bahkan, aksi damai itu digelar sebelum eksekusi dilakukan pada Rabu dini hari kemarin. Hal itu disampaikan Arrmanatha ketika ditemui di gedung Kemlu di kawasan Pejambon, Jakarta Pusat, pada Kamis, 30 April 2015.
Indonesia dan Australia Intensif Bicarakan Terorisme


"Kami tak menerima ancaman berlebihan. Memang banyak orang yang berkumpul di depan properti Indonesia, baik itu gedung Konsulat atau KBRI, sehingga dibutuhkan lebih banyak personel polisi dan petugas keamanan," ujar diplomat yang akrab disapa Tata itu.


Personel penjagaan di depan properti Indonesia diberikan oleh negara penerima. Terkait dengan pemanggilan pulang Duta Besar Australia untuk RI, Paul Grigson, untuk berkonsultasi, Tata menjelaskan, hal itu merupakan hak dari negara pengirim. Indonesia, Tata menjelaskan, menghargai tindakan Australia.


"Wakil Duta Besar RI di Australia dan Brasil memang telah dipanggil oleh Kementerian Luar Negeri masing-masing negara. Khususnya, untuk Australia, Kemlu mereka telah menjelaskan apa yang disampaikan oleh Perdana Menteri Tony Abbott di media," kata Tata.


Selanjutnya, langkah dalam hubungan bilateral akan ditentukan sesuai dengan situasi yang berkembang. Tata mengatakan optimistis hubungan kedua negara akan segera pulih.


"Sama seperti pepatah yang menyebut ketika Anda memiliki pertemanan yang begitu dekat, maka masa-masa sulit selalu datang dan pergi. Hubungan kedua negara, sama saja seperti sebuah pernikahan, Anda bertengkar di pagi hari, kemudian berbaikan kembali di malam hari," papar Tata.


Senada dengan Tata, Dubes RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, juga mengatakan hal yang sama. Ketika dihubungi
VIVA.co.id
melalui telepon, Rabu kemarin, mantan Dubes RI untuk Kerajaan Belgia dan Uni Eropa itu mengatakan .


"Kami tetap berkomitmen untuk memperbaiki dan memperkuat seluruh hubungan bilateral. Kami percaya hubungan personal, budaya, bisnis dan akademik di antara kedua warga tetap kuat. Oleh sebab itu, kami juga berharap dukungan pemberitaan dari media bisa proporsional dan objektif," kata Nadjib melalui pesan pendek.


Ketegangan hubungan kedua negara kembali terjadi usai pulih dari dinamika lainnya yakni mengenai terbongkarnya skandal penyadapan. Akibat tragedi tersebut, Nadjib sempat dipanggil pulang ke Indonesia oleh mantan Presiden SBY selama 9 bulan. Hubungan kedua negara baru kembali pulih usai diteken tata kelakuan baik (COC) mengenai penyadapan di Nusa Dua, Bali, tahun lalu. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya