Bomber Boston Menangis di Pengadilan

Dzhokhar Tsarnaev, pelaku pengeboman Boston
Sumber :
  • REUTERS/FBI/Handout

VIVA.co.id - Terpidana mati kasus pengeboman saat lari marathon di Boston, Dzhokhar Tsarnaev, sempat menitikkan air mata ketika hadir dalam persidangan Senin kemarin, 5 Mei 2015.

KTT AS-ASEAN, Pertemuan Besar Bermakna Ganda

Mata Dzhokhar berkaca-kaca ketika melihat bibinya, Patimat Suleimanova, menangis. Bahkan sebelum dia dimintai kesaksiannya di hadapan para dewan juri.

Dikutip dari BBC, Selasa, 5 Mei 2015, selama persidangan Patimat terus menangis sesegukan dan hanya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar mengenai Dzhokhar.

Alhasil, hakim yang memimpin persidangan, George O'Toole Jr meminta agar Patimat turun dari kursi saksi untuk menenangkan diri.

Ini merupakan ekspresi pertama yang ditunjukkan pemuda berusia 21 tahun itu, setelah sekian lama menahan diri. Selain bibi Dzhokhar, turut hadir sepupu dari kedua kakak beradik itu, Nadia Suleimanova.

Nadia mengaku sempat khawatir ketika mengetahui kakak Dzhokhar, Tamerlan, telah memiliki pola pikir ekstremis.

"Ketika kami diberi tahu bahwa dia menganut pemahaman Islam yang radikal, saya benar-benar takut. Saya tidak memahami ini," kata Nadia yang diterjemahkan oleh penerjemah saat persidangan dan dikutip Reuters.

Nadia menambahkan, di dalam keluarganya selalu diajarkan untuk berdoa dan membaca kitab suci. Apa yang dipraktikkan di keluarganya jauh dari kata radikal. Apalagi ektremis.

Berbeda dengan Patimat, Nadia mencoba untuk menahan air mata yang akan jatuh dari matanya. Di dalam persidangan, Nadia juga diminta untuk mengidentifikasi suara Tamerlan yang diketahui tengah berdiskusi ide membangun kekhalifan Islam dengan seorang pria yang tidak diketahui identitasnya.

Pembicaraan itu sempat direkam.

"Saya memiliki kemarahan dan kebencian di dalam diri saya," kata Tamerlan usai diterjemahkan.

Perubahan tidak hanya dialami oleh Tamerlan, tetapi juga Ibu kedua pemuda itu, Zubeidat Tsarnaeva. Menurut kesaksian Nadia dan adiknya, Raisat, mereka kaget ketika melihat perubahan yang dialami Zubeidat.

Ketika Zubeidat kembali ke Rusia untuk melakukan suatu kunjungan, dia telah mengenakan jilbab. Padahal, biasanya dia selalu mengenakan pakaian yang stylish. Bahkan, dia bukan tergolong pemeluk agama yang taat.

"Hal tersebut membuat saya terkejut. Karena kami tahu orang seperti apa Zubeidat dulu dan sangat aneh melihat hal itu," kata Raisat.

Keputusan juri sangat penting, karena mereka akan menentukan apakah pemuda berusia 21 tahun itu akan dijatuhi hukuman mati atau seumur hidup. Akibat perbuatannya, sebanyak tiga orang tewas. Sementara, 264 orang lainnya mengalami luka.

Pengacara Dzhokhar terus berupaya agar kliennya terhindar dari eksekusi mati. Caranya, dengan meyakinkan juri bahwa rencana pengeboman itu didalangi oleh Tamerlan.

Tamerland tewas usai terlibat kontak senjata dengan polisi. Kemudian dia secara tak sengaja ditabrak oleh Dzhokhar ketika mereka akan melarikan diri. (ase)

Intelijen AS Sebut Anggota ISIS Makin Berkurang
Bendera AS dan China

2-3-1969: Militer Soviet dan China Terlibat Baku Tembak

Ketegangan Soviet dan China akhirnya dimanfaatkan Amerika.

img_title
VIVA.co.id
2 Maret 2016